Salah satu cara yang efektif memanfaatkan air hujan adalah model rainwater harvesting (pemanenan air hujan). Melalui model ini, kepentingan jangka pendek dapat membuka kesempatan untuk dimanfaatkan sebagai irigasi, cuci, dan mandi, serta untuk jangka panjang dapat menambah suplai air tanah dengan meresapkannya. Sistem semacam ini telah sukses diterapkan di Provinsi Gansu, China, dengan membangun tangki-tangki penadah air hujan yang dapat diandalkan dalam sistem irigasi.
Negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Jerman, Singapura, Swedia, Jepang, India, dan Sri Lanka, bahkan dengan treatment tertentu mampu memanfaatkan air hujan untuk mencukupi kebutuhan air minum.
Kompleksnya permasalahan lingkungan, termasuk pengelolaan air hujan dalam rangka mengatasi krisis air, tentunya menuntut penanganan terintegrasi antar-stakeholders, antarwilayah, dan antarbidang. Untuk itu, antar stakeholders hendaknya mampu membagi peran yang seimbang antara pemerintah, legislatif, yudikatif, swasta, dan mayarakat umum. Interaksi tidak harus ditandai dengan duduk bersama, namun lebih pada pelaksanaan fungsi yang proporsional.
Sedangkan kerja sama antarwilayah merupakan solusi untuk mengakomodasi kepentingan lingkungan yang lebih optimal dengan pendekatan ekologis (bioregionalisme) bukan administratif semata. Pola ini juga hendaknya masuk dalam konsep pembangunan wilayah yang holistik.
Konsep yang baik masih belum cukup tanpa diimbangi implementasi yang optimal. Pada tataran inilah muncul problem mendasar yang cukup kompleks. Hukum telah tersedia dengan rinci meskipun masih banyak yang kontroversial.
Namun bukan itu masalahnya. Persoalan ada pada sangat lemahnya penegakan regulasi. Birokrasi banyak berdiri, namun semakin banyak tumpang tindih dan berjalan sendiri-sendiri. Warisan budaya dan nilai moral-spiritual cukup lekat dalam kehidupan masyatakat, namun belum mampu menggerakkan kesadaran dan partisipasi secara masif. Ironitas ini sejak lama merupakan dilema klasik pengelolaan lingkungan., termasuk sumber daya air. Konsep pemanfaatan air hujan sebagai alternatif solusi menghadapi krisis air, akan lebih efektif melalui partisipasi dan kemandirian masyarakat, di mana setiap individu pasti akan berinteraksi dengan air hujan.
Kiranya bukan hal mustahil untuk mewujudkan pengelolaan wilayah yang surplus air saat kemarau dan aman dari banjir saat penghujan. Syaratnya yaitu efisien saat kekurangan dan menyimpannya saat berlebihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H