Mohon tunggu...
Ribut Lupiyanto
Ribut Lupiyanto Mohon Tunggu... Konsultan - Pecinta Lingkungan dan Keadilan

Pecinta Lingkungan dan Keadilan I @ributlupy I www.lupy-indonesia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sikap Spiritual Menghadapi Kenaikan Elpiji Non Subsidi

12 September 2014   04:39 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:56 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap terjadi kenaikan harga barang konsumsi publik pasti mengalami polemik. Kondisi seperti ini adalah kewajaran yang justru mencirikan semakin melek dan partisipatifnya masyarakat. Pro dan kontra selalu hadir dari berbagai pihak dan individu. Dinamika ini biasanya semakin terasa panas jika memasuki ruang sosial politik dan tersorot media.

Belum lama ini polemik seputar isu kenaikan bahan bakar minyak (BBM) menghangat. Tumbal faktual sudah hadir sebelum kenaikan terjadi, antara lain kelangkaan pasokan, kenaikan harga bahan pokok, inflasi, hingga menimbulkan stress sosial. Fenomena Florence Sihombing (Flo) merupakan otokritik atas berbagai efek domino tersebut. Sosok intelektual mahasiswa pascasarjana itu nekad berkicau amoral di media sosial lantaran diduga terguncang psikologi lingkungan.

BBM akhirnya belum jadi dinaikka yang diduga karena alasan politis semata. Namun demikian publik segera tergantikan dengan menghadapi kenaikan LPG 12 Kg atau dikenal sebagai elpiji non subsidi. Sepintas kenaikan elpiji sama seperti BBM yang akan banyak membebani ekonomi rakyat kecil dan memberikan efek domino yang panjang. Keduanya memang memiliki kesamaan kondisi berupa kenaikan yang sekali lagi menjadi isu sensitif. Perbedaannya terletak pada aspek subsidi, dimana elpiji yang dinaikkan harganya ini memang termasuk non subsidi. Bagaimanapun kenaikan hargapasti memberi dampak negatif, tetapi penting untuk tidak digeneralisasi dan dibandingkan dengan musibah jika tidak dinaikkan. Satu pendekatan penting dilakukan oleh negara melalui Pertamina serta masyarakat sendiri dalam menghadapi kenaikan elpiji non subsidi ini yaitu sikap spiritual.

Fakta dan Argumentasi

Pertamina pada 10 September 2014 ini akhirnya memutuskan kenaikan elpiji non subsidi sebesar Rp 1.500 per kg. Dengan kenaikan ini, harga jual rata-rata LPG 12 kg dari Pertamina menjadi Rp 7.569 per kg dari sebelumnya Rp 6.069 per kg. Dengan ditambahkan dengan komponen biaya lain, seperti transportasi, filling fee, margin agen, dan PPN, maka harga jual di agen menjadi Rp 9.519 per kg atau Rp 114.300 per tabung.

Kenaikan kali ini merupakan penundaan dari yang seharusnya dilakukan pada  1 Juli 2014. Penundaan dikarenakan adanya momen Hari Raya Idul Fitri dan tahun ajaran barusehingga dikhawatirkan semakin memberatkan beban masyarakat.

Kenaikan terpaksa terjadi sebagai imbas kerugian Pertamina yang sepanjang tahun diperkirakan sekitar Rp 6,1 triliun. Nilai tersebut diperoleh dari prognosa LPG 12 kg yang akan disalurkan hingga akhir tahun sebanyak 907 ribu metrik ton. Kerugian yang ditanggung selama ini akibat menjual LPG di bawah harga keekonomian.

Pertamina telah menyusun roadmap penyesuaian harga mulai 2014 hingga 2016. Kenaikan rencananya akan dilakukan setiap 6 bulan pada 1 Januari dan 1 Juli. Artinya, tahun depan kenaikan akan dilakukan pada 1 Januari 2015, 1 Juli 2015, dan 1 Januari 2016. Rencananya kenaikan dipatok sebesar Rp 1.500 per kg (nett Pertamina).

Kebijakan kenaikan harga merupakan hasil berkoordinasi Pertamina dengan Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan, dan Kemenko Perekonomian. Hal ini sebagai kewajiban Pertamina sebagaih BUMN yang 100 persen sahamnya dimiliki negara. Selain itu pengguna LPG itu masyarakat luas yang bisa berdampak inflasi, sehingga penting konsultasi terhadap pemerintah.

Konsumen elpiji non subsidi hanya 15% dari keseluruhan konsumen gas elpiji di Indonesia (Pertamina, 2014). Konsumen sebagaimana ditargetkan adalah masyarakat kelas menengah ke atas baik individu maupun usaha. Hal ini membuktikan bahwa efek kenaikan tidak akan terlalu luas dibandingkan elpiji subsidi atau BBM. Bank Indonesia sudah memperkirakan bahwa kenaikan harga tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap inflasi.

Pertamina menjamin tidak akan ada atau minim terjadi migrasi konsumsi gas elpiji dari yang 12 kg ke 3 kg. Pertamina memiliki data seluruh agen distributor dan sistem monitoring-nya. Jika kemudian ada lonjakan permintaan akan gas elpiji 3 kg, maka Pertamina berhak tidak memenuhinya. Argumentasi inilah yang mendorong pemerintah merestui kenaikan harga elpiji non subsidi

Spiritualisme Sebagai Kebutuhan

Giddens (2001) menungkapkan “Era kehidupan seperti yang kita jalani sekarang tidak pelak lagi akan memunculkan kebangkitan agama dan berbagai filsafat zaman baru, yang berbalik menyerang pandangan ilmiah”. Realitas menunjukkan semakin modern kehidupan, semakin banyak kerusakan dan permasalahan pelik. Peradaban materialisme sekarang tidak dapat lagi dipertahankan sehingga akan lahirlah pandangan baru yang akan mendasari peradaban zaman selanjutnya, yaitu agama dam filsafat kehidupan kontemporer.

Ruh spiritual sebagai pegangan fundamental tidak hanya direalisasikan dalam pola hubungan vertikal dengan Tuhan. Spiritualisme mesti dilaksanakan secara horisontal dengan sesama. Agama-agama besar terbukti tidak hanya membentuk dan menumbuhkan, tetapi menurut Christopher Dawson (dalam Husaini, 2001) juga menjadi fondasi bertahannya peradaban besar, seperti Yunani, Romawi, dan Islam.

Al Qardhawi (2002) mengemukakan bahwa permasalahan dunia yang banyak terjadi pada dasarnya merupakan persoalan moralitas. Sehingga, solusi efektifnya adalah dengan revitalisasi nilai-nilai moral, keadilan, dan keramahan."Religion without sciences is blind and sciences without religion is lame". Demikian Einstine menyimpulkan proses eksperimentalnya yang cukup fenomenal. Agama mana pun secara umum pastilah mengajarkan dogma kebaikan dalam kehidupan.

Manusia dituntut mampu belajar mengambil hikmah sekaligus membaca dinamika dunia (reading the words, reading the world). Hal itu dapat dilakoni jika manusia mampu menjadi ulil albab (manusia pemikir) yang senantiasa membaca (iqra’) atas segala kejadian. Disinilah titik penting perlunya ummat muslim melek atau memiliki kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient). Artinya, spiritualisme merupakan kebutuhan fundamental setiap manusia.

Aplikasi Spiritual

Isu kenaikan harga elpiji non subsidi menyangkut dua pihak yangberhadapan yaitu Pertamina atau pemerintah serta masyarakat konsumen. Kedua belah pihak penting melakukan pendekatan dan penyikapan berbasis spiritualisme.

Pertamina penting memandang elpiji non subsidi dari kacamata bisnis an sich. Bagaimanapun gas merupakan barang sosial yang meskipun kecil kenaikan harganya akan tetap berdampak. Pertamina sebagai kepanjangan tangan pemerintah dapat diposisikan seperti pemimpin dalam siklus ekonomi elpiji ini. Sebagai pemimpin, Pertamina dapat menerapka prinsip kepemimpinan profetik sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad SAW. Muhammad SAW oleh Michael Hart ditempatkan sebagai manusia nomor wahid yang paling berpengaruh sepanjang sejarah peradaban manusia. Kepemimpinan profetik mengajarkan empat sifat, yaitu jujur atau benar (shiddiq), bisa dipercaya (amanah), komunikatif (tabligh), dan cerdas (fathonah).Penerapan sifat tersebut dapat meminimalisasi gejolak sosial dan efek ekonomi.

Pertamina mesti jujur mempublikasikan alasan kenaikan harga elpiji non subsidi ini. Validitas data dan riset mendalam penting menjadi dasar pengambilan keputusan. Data dan kajian penting dibuka secara jujur dan bertanggung jawab. Hal ini merupakan kunci kepercayaan publik dalam menyikapi kenaikan. Pertamina mesti menunjukkan keseriusan mengemban amanah. Hal-hal buruk dan bermasalah mesti secara tegas diatasi.

Komunikasi publik yang baik penting diterapkan dalam proses pra hingga pascakenaikan. Komunikasi dua arah mutlak diperlukan. Jika perlu Pertamina terjun ke bawah dan jemput bola melakukan sosialisasi dan konsultasi publik. Segala saran dan kritik dari publik mesti diterima dan diolah untuk ditindaklanjuti. Terakhir, Pertamina mesti cerdas mengelola dinamika selama kenaikan ini. Misalnya dalam hal pemilihan waktu, metode menghadapi polemik, hingga cerdas mengatasi efek negatif.

Selanjutnya aplikasi sikap spiritual penting ditunjukkan pubik konsumen elpiji nonsubsidi. Guncangan kecil pasti akan terjadi bagi dirinya akibat kenaikan harga. Sepatutnya kondisi ini disikapi secara bijak agar tidak kontra produktif dan membebani rakyat miskin.

Pertama, penyikapan syukur. Pengguna elpiji non subsidi adalah kelompok masyarakat menengah ke atas. Hal ini patut disyukuri oleh konsumen. Allah SWT telah menjamin kepada hamba-Nya yang pandai bersyukur akan menambahkan kenikmatan. Sebaliknya bagi yang kufur akan diberikan adzab. Meskipun harga sedikit naik penting menguatkan energi syukur karena masih kuat membeli dan tergolong kelompok menengah.

Kedua, penyikapan menjadi hemat. Kenaikan harga akan memaksa konsumen yang bijak untuk melakukan penghematan. Contoh sederhana dalam hal memasak. Memasak dapat secara proporsional dilakukan sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Selama ini kelompok menengah dipandang publik boros dalam hal makanan. Umumnya jenis makanan yang dikonsumsi banyak jenisnya dan sering sisa setiap harinya. Gaya hidup manusia menurut FAO telah menyebabkan sedikitnya 1,3 miliar ton makanan terbuang percuma. Padahal 1 dari 7 orang di dunia masih terkena bencana kelaparan dan lebih dari 20.000 anak balita meninggal setiap hari karena kelaparan. Dampak dari limbah makanan selain merugikan secara finansial juga berdampak buruk bagi lingkungan. Nabi SAW mengajarkan “Berhentilah makan sebelum kenyang”. Al-Quran juga banyak menyebut kata laa tusrifuu atau “jangan berlebih-lebihan”. Misalnya dalam Q.S. Al-Araaf: 31 “... makan dan minumlah dan janganlan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak suka orang-orang yang berlebih-lebihan”.

Ketiga, penyikapan untuk berlatih jujur. Kejujuran adalah ciri utama keimanan. Penyikapan ini khususnya penting bagi konsumen sektor usaha. Atas alasan kenaikan harga tidak boleh menaikkan harga produksi semena-mena diluar kewajaran. Perhitungan secara jujur mesti ditunjukkan agar kalaupun terpaksa menaikkan akan proporsional. Patut dipahami bahwa kejujuran kepada sesama sesungguhnya merupakan bentuk kejujuran kepada SangPencipta.Sebagaimana firman-Nya, “Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21).

Keempat, penyikapan untuk belajar bermental kecukupan. Elpiji nonsubsidi ditujukan untuk kelompok menengah ke atas. Jika masih menghendaki tidak ada kenaikan sama sekali dan dibandingkan dengan epliji subsisi, maka sama saja berarti memiliki mental miskin. Fenomena ini masih banyak menggelayuti sebagian masyarakat. Disatu sisi tidak mau bahkan marah disebut miskin. Tetapi disisi lain perilaku dan pilihannya ingin seperti warga miskin, misalnya orang mampu dengan mobil mewah memilih premium. Allah SWT berfirman “... dan Dia-lah yang memberikan kekayaan dan kecukupan” (Q.S. An-Najm: 48). Artinya, kemiskinan sebenarnya bukanlan ciptaan Tuhan, melainkan saah satunya disebabkan manusia itu sendiri.Hati-hati karena pola pikir atau mental miskin berpotensi menjadi kenyataan.

Penyikapan terhadap kenaikan elpiji non subsidi boleh juga dalam bentuk kontra. Penolakan merupakan hak warga negara. Landasan spiritual mengajarkan agar kritik dan penolakan tetap berada pada koridor konstitusional dan etika.

Gejolak dan dampak diprediksikan akan terminimalisai melalui pendekatan dan penyikapan spiritual seperti di atas. Stategi implementasinya mesti secara sistematis diusahakan. Pertamina, komunitas pengusaha, ustadz atau kyai, maupun rohaniawan menjadi garda terdepan untuk merealisasikannya. Prinsip Aa’ Gym penting direnungi dan dijalankan yaitu Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal kecil, dan Mulai sekarang juga. Semoga upaya ini akan membuahkan berkah bagi pemerintah, Pertamina, dan masyarakat luas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun