Sampai di pintu masuk kompleks perumahan tempat Mas Andika tinggal, mendadak saya agak kebingungan. Saya belum pernah main ke rumah Mas Andika. Satu-satunya petunjuk yang saya gunakan adalah aplikasi Maps keluaran google.com.
Rupanya, Maps pun mengacaukan arah tujuan. Memaksa saya mesti berputar-putar di kompleks itu tiga kali. Hampir saja menyerah. Tetapi, pikiran itu lekas-lekas saya hapus. Saya hubungi Mas Andika via telepon, agar ia berkenan menjadi petunjuk jalan menuju kediamannya.
Panggilan telepon itu tak pula diterima. Ini membuat saya mendadak overthinking. Pikiran saya berpekulasi, antara melanjutkan perjalanan ke lokasi sendirian ataukah akan tetap menunggu.
Tak berselang lama Mas Andika menelepon balik. Saya sesegera mungkin mengangkat telepon itu dan menerima panggilan dari Mas Andika. Tanpa berpanjang kata, saya meminta Mas Andika menuntun saya agar sampai di rumahnya.
Saya sebentar mampir di rumah Mas Andika. Disambut secangkir kopi. Lalu, tak berlama-lama kami segera melanjutkan perjalanan menuju Balaidesa Wonokerto. Dari rumah Mas Andika, saya masih membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk sampai ke lokasi.
Di tengah perjalanan, Mas Andika sempat bertanya, "Nggak apa-apa nih, Kang, kita telat?"
"Tidak apa-apa. Setidaknya, kita masih punya rasa tanggung jawab dan perhatian kepada teman-teman kita," jawab saya.
Tiba di balaidesa, acara rupanya sudah berjalan. Saya langsung disambut penyelenggara. Lalu, dipersilakan menuju ruang transit. Saya lihat Mbah Yai Fatoni, tokoh sesepuh Desa Wonokerto, tengah memberikan sambutan. Duduk di antara Mbah Yai, ada Pak Kepala Desa, Mas Slamet, dan salah seorang pembicara. Seluruh yang hadir menyimak dengan takzim.
Menyaksikan pemandangan itu, saya merasa bahagia. Sebab, apa yang dikerjakan teman-teman Komunitas Omah Sinau-Bandar, akhirnya mewujud satu per satu. Saya pun menyaksikan, awal mula mereka merintis usaha itu. Mereka berjuang habis-habisan. Mereka bahkan tidak memedulikan apa dampak yang diterima. Segala macam cemooh, tak mereka gagas. Tak juga membuat mereka patah arang.
Pekalongan, 25 Desember 2023