Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kampung Canting Nasibmu Kini

13 Juni 2023   16:11 Diperbarui: 14 Juni 2023   09:20 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2013, di depan mulut gang kampung tempat saya tinggal didirikanlah tugu Kampung Canting. Tugu itu menjadi penanda bahwa kampung saya dikukuhkan sebagai Kampung Canting yang sudah dicetuskan dua tahun sebelumnya (2011). Pendirian tugu itu juga menandai bahwa kampung saya dinobatkan sebagai salah satu destinasi wisata Kota Pekalongan.

Sebagai warga kampung saya patutlah berbahagia. Saya membayangkan kalau-kalau kampung saya dikunjungi banyak orang dengan beraneka warna kulit dan rambut. Saya membayangkan pula, orang-orang di kampung saya lancar mengucapkan kalimat, "Welcome to Kampung Canting. Hope you feel at home in our village" atau bahasa-bahasa asing lainnya saat menjamu tamu-tamu dari luar negeri.

Para penarik becak akan mendapatkan upah dengan lembar-lembar uang dolar. Rumah-rumah warga disulap menjadi homestay yang nyaman bagi wisatawan. Makanan khas kampung kami juga bakal menjadi santapan yang lezat di lidah para wisatawan.

Saya membayangkan, akan ada banyak tempat yang dihias untuk mempercantik kampung. Juga ada semacam balai pertunjukan yang menampilkan para seniman kampung. Wah, pokoknya banyak hal yang saya bayangkan waktu itu.

Saya tak mengukur, apakah impian-impian itu terlalu tinggi atau tidak. Yang saya pahami waktu itu adalah kampung saya bakal menjadi kampung yang maju. Karena, warga kampung sudah terbiasa bercengkerama dengan para bule.

Kini, setelah sepuluh tahun tugu itu didirikan, rasa-rasanya apa yang saya bayangkan masih saja menjadi bayang-bayang. Malahan, bayangan itu makin memburam dan pudar. Seperti cat pada tugu Kampung Canting yang terpasang di atas trotoar itu yan kian hari memudar. Lampu-lampu yang terpasang juga padam.

Tugu Kampung Canting (sumber: https://jatengprov.go.id/)
Tugu Kampung Canting (sumber: https://jatengprov.go.id/)

Malah, tugu itu kerap terhalang oleh lapak-lapak para pedagang kaki lima yang mangkal di sekitar tugu Kampung Canting. Boleh dibilang, nasib tugu itu tersia-siakan. Debu yang menempel pada tugu menebal. Mungkin, tinggal menunggu saatnya karatan. Maklum, tugu itu lebih banyak didominasi bahan logam besi.

Padahal, kalau membaca lagi cerita awal didirikannya Kampung Canting, saya sempat dibikin salut. Sebab, menurut beberapa sumber informasi, pendirian Kampung Canting ini diinisiasi oleh sejumlah tokoh masyarakat dan penggiat Komunitas Canting. Bahkan, telah mendapatkan restu dari dinas terkait.

Begitu pula dengan pendirian tugu Kampung Canting. Yang saya dengar, didanai lewat APBD Kota Pekalongan. Tetapi, sejauh ini belum diketahui berapa dana yang terkucur untuk pembangunannya dan perawatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun