Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ada Semangat Bung Hatta di Museum Batik Pekalongan

5 Juni 2023   19:23 Diperbarui: 9 Juni 2023   02:00 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Mutia Hatta (tengah) beserta Bu Halida Hatta disambut Pak Ahmad Asror (Kepala UPTD Museum Batik Pekalongan) (dok.pribadi)

Senin, 5 Juni 2023, ketika matahari baru saja naik sepenggal di langit Kota Pekalongan. Sejumlah pegawai Museum Batik tampak sibuk. 

Sebagian berdiri di pintu masuk, sebagian lainnya menata ruang tamu. Menyiapkan penyambutan kedatangan tamu istimewa yang kabarnya akan menyerahkan batik koleksi keluarga mereka.

Tentu, keluarga ini bukan sembarang keluarga. Sebab, untuk menyerahkan kain batik koleksi keluarga bukanlah perkara mudah. 

Bagi sebagian orang, kain batik---apalagi kain batik yang mahal---adalah sesuatu yang berharga. Terlebih, jika kain batik itu memiliki nilai sejarah bagi keluarga. Teramat sayang dilepas begitu saja.

Akan tetapi, tidak bagi keluarga yang satu ini. Mereka menyempatkan datang ke Pekalongan hanya untuk menyerahkan lembaran kain batik yang sangat berharga milik keluarga kepada pengelola Museum Batik.

Tepat pukul 09.18, sebuah mobil hitam berplat B berparkir di halaman Museum Batik. Beberapa orang tampak mendekat dan segera membuka pintu mobil. 

Beberapa yang lain berdiri menyongsong dua orang perempuan yang segera menuruni mobil yang mereka tumpangi.

Sikap semua yang menyambut kedua tamu itu begitu sopan. Menunjukkan rasa hormatnya kepada dua perempuan yang menjadi tamu istimewa Museum Batik. Sudah pasti, dua orang perempuan ini bukan orang sembarang pula.

Dan benar, rupanya dua orang perempuan itu tak lain adalah Ibu Mutia Hatta dan Ibu Halida Hatta. Keduanya adalah putri dari Proklamator Republik Indonesia yang juga Wakil Presiden pertama RI, Muhammad Hatta.

Setelah menuruni mobil, tampak mereka beramah tamah sejenak. Saling menyapa dan menanyakan kabar. Lantas, kedua tamu beserta rombongan itu dipersilakan memasuki ruang tamu.

Di ruang tamu, Kepala UPTD Museum Batik, Pak Ahmad Asror, menyambut ramah kedatangan dua tamu istimewa itu. Pak Asror mengenalkan diri kepada kedua tamunya. Juga mengenalkan orang-orang yang ikut menyambut kedatangan mereka.

Bu Mutia dan Bu Halida merasa senang dengan sambutan yang ramah itu. Apalagi ketika keduanya sempat menyimak awal mula berdirinya Museum Batik Pekalongan yang peresmiannya bertepatan dengan peringatan Hari Koperasi Nasional tahun 2006. 

"Wah, ada unsur Bung Hatta-nya ya?" celatuk Bu Mutia, "Kok ya pas. Artinya, Museum Batik memiliki makna khusus bagi keluarga kami kalau demikian."

Ucapan itu disambut senyum oleh seluruh yang ada di ruangan. Ucapan itu terasa memberi kesan mendalam bagi Museum Batik Pekalongan yang selama ini menjadi salah satu kebanggaan masyarakat Pekalongan.

"Tapi koperasi sekarang sudah berbeda dengan apa yang dicita-citakan ayah kami, Bung Hatta. Perlu diluruskan itu," seloroh Bu Mutia.

Bung Dirham, penggiat sejarah di Komunitas Herritage Kota Pekalongan lantas menyela, "Dulu Pekalongan itu dikenal dengan koperasinya lho, Bu. Ada GKBI yang dulu juga ikut menyokong dana untuk pergerakan Indonesia di masa revolusi."

"Oh iya, ayah kami juga berkawan baik dengan pendirinya. Pak Djunaid," tukas Bu Mutia.

"Dan, perlu Ibu ketahui, Walikota sekarang ini adalah salah seorang dari putra Pak Djunaid, Bu," ujar Bung Dirham.

"Wah, iya to? Lha kok beliau nggak diundang? Sayang banget ya nggak sempat ketemu. Tapi, ini jadi pas banget. Karena Walikotanya putra dari Pak Djunaid, semangat koperasinya harus dibangkitkan lagi. Museum Batik juga mesti didukung oleh Walikotanya. Apalagi ada spirit Bung Hatta di sini," balas Bu Mutia dengan wajah yang sumringah.

Bung Dirham lantas mengimbuh, "Iya, Bu. Dulu GKBI juga ikut mendirikan Planetarium di Jakarta. Itu salah satu monumen berharga yang juga patut dipertahankan, Bu. Itu bukti perjuangan para pembatik Pekalongan waktu itu."

"Iya, benar. Memang luar biasa semangat berkoperasinya orang-orang Pekalongan kala itu. Tapi ya itu tadi, sekarang konsep koperasinya banyak yang sudah melenceng jauh. Sudah tidak sesuai dengan apa yang digagas oleh Bung Hatta. Saya kira, itu perlu diluruskan lagi," tukas Bu Mutia seolah memberi wejangan tentang perlunya mengembalikan koperasi ke jalur yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Koperasi yang bukan lagi bernapaskan kapitalisme.

Sayang, obrolan yang keren ini kemudian terjeda. Sejumlah awak media ingin mengabadikan momen penyerahan kain batik koleksi keluarga Bung Hatta ke Museum Batik. 

Bu Mutia dan Bu Halida pun segera beringsut dan memberikan keterangan mengenai kain batik koleksi keluarga yang diserahkan ke Museum Batik itu. 

Meski begitu, tampak dari ekspresi wajah Menteri Pemberdayaan Perempuan era SBY ini sebuah harapan bahwa semangat koperasi yang digagas Muhammad Hatta akan kembali dibangkitkan lagi di Kota Pekalongan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun