Dalam kegiatan tersebut tidak menutup kemungkinan pula disediakan sesi dialog lintas sektoral. Pembahasannya bisa saja menyangkut ihwal pembangunan yang dijalankan pemerintah untuk masyarakat. Dengan begitu, kegiatan pengajian manisan ini dapat dijadikan sebagai sarana penyebaran informasi mengenai perkembangan pembangunan yang dilangsungkan.
Dengan cara itu, Ustaz Fatkhur berharap, fungsi dan manfaat masjid dapat lebih diluaskan lagi cakupannya. Pengelolaan dan pelayanan masjid dapat dijalankan secara lebih baik lagi. Khususnya, dalam memberikan akses kepada warga yang berkebutuhan khusus.
"Dengan dijadikannya masjid sebagai pelopor moderasi akan membuat pihak-pihak yang mewakafkan lahan mereka untuk masjid tidak percuma begitu saja. Akan tetapi, dapat dirasakan betul manfaatnya bagi seluruh masyarakat sekitar," ujar Ustaz Fatkhur Roham.
Menurut Ustaz Fatkhur, selama ini masjid hanya ramai pada waktu-waktu tertentu. Khususnya, pada saat salat Magrib, Isya, salat jenazah, dan salat Jumat. Selain itu, jumlah saf pada masjid bisa dihitung dengan lima jari. Untuk alasan itu, melalui program masjid pelopor moderasi ini diharapkan seluruh waktu salat dapat diikuti oleh jemaah yang lebih banyak lagi jumlahnya. Bila perlu sampai penuh.
Ketika hal itu terpenuhi, kontrol terhadap pemanfaatan masjid oleh masyarakat dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Sebab, sebagaimana diakui Ustaz Fatkhur, tidak jarang terjadi pemanfaatan masjid oleh oknum dilakukan dengan cara yang tidak tepat. Masjid, oleh oknum-oknum ini dimanfaatkan sebagai tempat untuk melakukan tindakan asusila hingga pelanggaran hukum.
"Kalau sandal hilang itu dulu ya. Sekarang, bisa saja ditemukan kasus pencurian sepeda motor yang justru terjadi di area masjid. Bahkan, HP hilang juga tidak sekali dua kali terjadi. Nah, ini yang membuat kami tergerak agar sistem pengelolaan dan pelayanan masjid diperbaiki. Terlebih, modus-modus pelanggaran hukum saat ini bisa dilakukan dengan cara-cara yang lebih canggih," ungkap Ustaz Fatkhur.
Dalam upaya mewujudkan misi tersebut, Ustaz Fatkhur mengungkapkan, pihaknya akan memberikan pengarahan dan pendampingan pengelola masjid agar dapat menjadikan masjid sebagai sarana penyelenggaraan kegiatan-kegiatan sosial. Misalnya, kegiatan donor darah yang ditempatkan di area masjid atau kegiatan-kegiatan lain yang tentunya tidak bertentangan dengan akidah ahlus sunah wal jemaah.
Saat ini, LTM NU Kota Pekalongan masih terus mematangkan gagasan tersebut. Dan, dalam waktu dekat akan segera disosialisasikan konsep pembangunan masjid pelopor moderasi. Diharapkan, pelaksanaan program tersebut akan menarik animo masyarakat yang lebih besar. Terutama, dari kalangan anak muda.
Seperti diakui Ustaz Fatkhur, sekalipun di hampir seluruh masjid di Kota Pekalongan telah didirikan organisasi remaja masjid, perannya belum optimal. Makanya, ia tidak menampik pemeo jika masjid itu seakan-akan tempatnya para orang yang sudah cukup umur. Dan bagi pihaknya, hal itu merupakan tantangan yang mesti dijawab.
"Lewat program masjid pelopor moderasi ini pula, kami berikhtiar untuk menjawab itu. Tentu, ada berbagai cara yang bisa kita lakukan, sepanjang itu tidak melanggar akidah aswaja," tandas Ustaz Fatkhur.
Lalu, apa saja upaya yang bakal dilakukan?