Kami kembali terbius oleh kata-kata yang meluncur dari suami Mbak Happy Astuti yang mantan penyiar Radio Imelda itu. Mas Eko Tunas senyam-senyum saja melihat kedunguan kami.
"Wah, rupanya kalian masih bingung juga? Oke tidak masalah. Biar saya jelaskan. Begini, kalian sudah begitu banyak mempelajari ilmu pengetahuan. Mengenyam definisi-definisi dan berbagai macam pemahaman. Tetapi, segala yang kalian pelajari itu sesungguhnya hanya sarana. Karena sebagai sarana, kalian mestinya menempatkan pengetahuan itu sebagai alat untuk menemukan cara-cara kalian sendiri di dalam melakukan sesuatu. Termasuk, menulis. Maka dari itu, saya bilang bahwa syarat utama untuk menjadi seorang penulis adalah ia tidak buta huruf. Ini serius! Coba kalau buta huruf, apa kalian akan mengenal tulisan dan bisa merangkai huruf-huruf itu menjadi kata yang bisa dibunyikan dan dimaknai?" terang Mas Eko Tunas.
Kami semua tercenung.
"Nah, makanya apa saja yang sudah kalian pelajari dengan berbagai kerumitan itu sederhanakan. Itulah kecerdasan. Dan, dalam rumus menulis yang saya kerjakan, saya cukup dengan menuliskan kata pertama, selanjutnya biarkan Tuhan yang menuntunmu menggerakkan dan mendayakan pikiranmu untuk menyusun kata-kata yang lain," jelasnya.
Seketika, mulut kami merupa huruf O yang bulat benar.
"Ya, menulis itu seperti ibadah. Menulis itu bisa menjadi jalan bagi seseorang untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Percaya?" tanya aktor gaek yang jago monolog itu.
Kami mengangguk ragu.
"Baguslah kalau tidak percaya, artinya kalian masih bisa mendayakan pikiran kalian. Tinggal satu hal yang mesti kalian tempuh saat ini, yaitu mengalami. Maka, menulislah agar kalian mengalami peristiwa menulis sebagai bagian dari caramu memahami dirimu, kehidupanmu, dan juga alam semesta. Dan satu hal, yang kalian butuhkan saat ini hanya keberanian," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H