Atas jawaban itu, Mas Eko Tunas tertawa ngakak. Dia lantas berseloroh, "Sampeyan-sampeyan itu terlalu textbook. Terlalu kejauhan mikirnya. Kalian kenal yang namanya Rowan Atkinson? Ya, si Mr. Bean itu! Tahu kan?"
Kami mengangguk.
"Apa kesanmu tentang dia?" tanya Mas Eko Tunas lagi.
"Lucu, Pak!" celatuk salah seorang mahasiswa.
"Lucu kan karena kamu melihatnya sebagai Mr. Bean, bukan sebagai Rowan Atkinson!" sergah Mas Eko Tunas. "Rowan Atkinson itu seorang sarjana jenius. Dia memiliki kecerdasan yang luas biasa. Tetapi, apa yang dilakukannya saat memerani Mr. Bean? Ia melucu. Tetapi, leluconnya itu lelucon yang cerdas. Nah, sekarang paham apa ciri orang cerdas?" tanya Mas Eko Tunas lagi.
Kami geleng kepala. Bingung mau menjawab. Takut salah.
"Nggak ada yang mau menjawab? Takut salah? Waduh duh, bagaimana kalian akan tahu apakah kalian itu cerdas atau tidak kalau kalian takut salah," pancing Mas Eko Tunas.
"Oh, kalau begitu orang cerdas itu nggak takut salah, Pak!" seloroh salah seorang mahasiswa.
"Terus?" tanya Mas Eko Tunas.
"Berani bertanya dan berani menjawab, Pak," kata mahasiswa lainnya.
"Oke, saya hargai pendapat kalian. Minimal, kalian sudah berani menyampaikan apa yang ada di dalam benak kalian. Itu bagus. Tetapi, bukan itu masalahnya. Ciri orang cerdas itu adalah ia mampu menyederhanakan sesuatu yang rumit. Ingat, menyederhanakan bukan menggampangkan. Sangat berbeda antara sederhana dan gampang," jelas Mas Eko Tunas. "Jelas?"