Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Candi di Wonopringgo, Pekalongan!

26 April 2023   14:46 Diperbarui: 26 April 2023   15:08 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sisa-sisa Candi Gamelan yang ada di Desa Sastrodirjan, Wonopringgo Kab. Pekalongan (sumber foto: dok. M.Miftah)

Tak berselang lama, Sunan Kalijaga pun menerima undangan itu dan segera menemui gurunya. Dihadapkan pada Sunan Bonang, wali yang dikenal sangat njawani itu menerima perintah dari gurunya. Ia bersedia menjalankan tugas yang diamanatkan kepadanya.

Dengan segera, Sunan Kalijaga menemui Ki Sastro. Namun, dalam perjalanannya, sebelum bertemu dengan Ki Sastro, Sunan Kalijaga sempat bertemu dengan adik Ki Sastro, yaitu Ki Dirjan. Saat itu, Ki Dirjan tengah menjalani pertapaannya.

Kepribadian Ki Dirjan berbeda dengan kakaknya. Ia orang yang mudah diajak bicara. Bahkan, mau menerima kehadiran Sunan Kalijaga dengan ramah. Saat pertemuan itu, Sunan Kalijaga menyampaikan maksud kedatangannya, yaitu melaksanakan tugas dari gurunya untuk meneruskan penyebaran agama Islam di desa Ki Sastro tinggal. Namun, untuk bisa melaksanakan tugas itu, ia harus menumpas Ki Sastro. Tersebab itu, ia meminta izin kepada adik Ki Satro untuk melakukan perlawanan terhadap Ki Sastro.

Ki Dirjan yang berperangai baik itu pun mengizinkan. Bahkan, ia juga dengan sukarela berniat membantu upaya Sunan Kalijaga menghadapi kakaknya. Apalagi, Ki Dirjan sangat paham betul kelemahan kakaknya itu.

Berangkatlah keduanya menghadap Ki Sastro. Saat kedua kubu saling berhadapan, perang di antara kedua kelompok ini pun berlangsung sengit. Ki Sastro, selain mengerahkan warga desa yang dipimpinnya, juga mengerahkan ilmu kanuragannya. Tetapi, ia lengah, adiknya memiliki kemampuan untuk menangkal dan melemahkan kekuatan itu. Dan, atas bantuan itulah Sunan Kalijaga lantas dapat memenangi perang.

Sesuai perjanjian pula, kekalahan Ki Sastro harus dibayar dengan memberi izin kepada Sunan Kalijaga beserta rombongannya untuk menyebarkan Islam di desa itu. Atas izin itu Sunan Kalijaga dapat melakukan tugasnya dengan leluasa. Dengan gaya dakwahnya yang khas, yaitu melalui media pertunjukan wayang kulit, ia sebarkan agama Islam di desa itu. Penduduk pun merasa senang dengan metode dakwahnya. Berbondong-bondong mereka akhirnya memeluk agama Islam.

Melihat caranya menyebarkan Islam, Ki Dirjan pun merasa senang. Bahkan, persahabatannya dengan Ki Dirjan pun semakin baik. Sampai pada suatu saat, Sunan Kalijaga berkunjung ke kediaman Ki Dirjan. Saat itu, tanpa sengaja, Sunan Kalijaga bertemu seorang gadis kembang desa yang tak lain adalah anak angkat Ki Dirjan. Namanya, Dewi Suci.

Usut punya usut, Sunan Kalijaga rupanya jatuh hati pada putri Ki Dirjan. Lantas, ia meminta izin kepada Ki Dirjan untuk meminang putrinya. Dengan tangan terbuka, Ki Dirjan menerima lamaran itu. Dinikahkanlah putrinya dengan Sunan Kalijaga.

Namun, suatu malam Sunan Kalijaga mendapati mimpi yang aneh. Dalam mimpi itu ia mendapatkan sebuah wangsit, bahwa ia tak boleh menggauli Dewi Suci yang telah diperistrinya. Mendapati mimpi itu, Sunan Kalijaga merasa ada sesuatu yang tidak beres akan terjadi. Ia pun mawas diri, waspada.

Rupanya firasat itu tak meleset. Suatu malam, ketika ia hendak manggung wayang, ia mendapati rombongan yang dipimpinnya kebingungan dan panik. Rupanya, seperangkat gamelan yang biasa mereka tabuh itu hilang dicuri orang. Tak hanya itu, Dewi Suci pun ikut diculiknya pula.

Beruntunglah, salah seorang warga desa mengetahui kejadian itu. Lalu, melaporkan kepada Sunan Kalijaga. Ternyata, pelaku penculikan itu tidak lain adalah musuh bebuyutan gurunya, yang sekaligus musuhnya yang pernah dikalahkan, Ki Sastro. Bersama rombongannya, Ki Sastro mencuri perangkat gamelan itu dan memboyong Dewi Suci. Itu semua dilakukan Ki Sastro karena ia masih belum bisa menerima tindakan Sunan Kalijaga untuk mengajarkan Islam di desanya. Ia bersama kelompoknya tidak terima jika di desa mereka Islam menjadi agama penduduk. Selain itu, ada pula motif dendam yang ditujukan pada Sunan Kalijaga dan terutama pada adiknya, Ki Dirjan. Ia tidak terima dengan kekalahannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun