Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pelajar Kita di Mata Google

20 April 2023   03:53 Diperbarui: 21 April 2023   09:10 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Ketika para pelajar kita bergembira dalam pawai di kampung mereka (sumber: dok.pribadi)

Mestinya tidak. Aku yakin, tidak sedikit dari para kaum terpelajar negeri ini yang memiliki prestasi. Selain menjuarai berbagai lomba, ada lomba matematika, sains, seni, dan sebagainya dari tingkat lokal sampai tingkat dunia, pelajar-pelajar kita juga punya segudang prestasi lainnya. Terutama dalam soal perilaku hidup sehari-hari. 

Ada yang besekolah sambil bekerja karena ingin meringankan beban orang tua mereka. Ada juga yang mau melakukan aksi-aksi sosial. Mereka mau bergotong royong, bersih-bersih sungai, bersih-bersih kampung, sampai ikut bersih-bersih tempat ibadah. Tetapi, mana berita itu? Kenapa tak muncul di halaman pertama?

Mereka juga tak jarang yang menggelar aksi kepedulian. Mengajak orang-orang untuk ikut peduli dengan keadaan. Mengumpulkan dana untuk amal. Tetapi, kemana berita itu lari? Apakah ditelan derasnya arus informasi yang menjadi banjir itu? Ataukah tersapu angin badai yang selama ini kerap membayang-bayangi masa depan bangsa ini?

Dan, apa pula sebabnya? Mungkinkah masih berlaku jargon permediaan kita hari ini, bahwa "bad news is a good news"? Ataukah masih berlaku jargon pemberitaan yang sekadar cari sensasi dan bombastis demi mendapatkan keuntungan dari konsumsi berita-berita yang demikian? Atau memang sudah serusak itu pelajar kita? Ah... rasa-rasanya tidak. Kasus-kasus kenakalan itu hanya berapa persen. Tidak bersifat menyeluruh.

Berita-berita buruk itu ditulis mungkin saja karena keterbatasan sang juru warta. Apalagi wartawan juga seorang manusia. Ia tidak bisa menyaksikan keseluruhan isi dunia ini. Bisa jadi, ia hanya menuruti apa yang kira-kira akan jadi ramai diberitakan. Menjadi viral!

Bisa jadi, berita-berita buruk itu ditulis karena ada maksud dan tujuan tertentu. Mungkin, tujuan dan maksudnya baik, mengabarkan hal buruk, agar hal yang sama tidak terulang. Ya, ini sih baik sangkanya, kalau nggak mau dibilang sebagai apologi.

Mungkin juga karena menganggap hal-hal yang baik itu terlalu normatif. Tidak menarik untuk diberitakan. Padahal, belum tentu. Tidak semua hal yang baik itu sifatnya datar-datar saja. Bahkan, sangat mungkin hal-hal baik itu menjadi berita terkesan luar biasa. Tentu, itu sangat bergantung dari cara si pewarta menuliskannya.

Sebab lainnya, bisa saja datang dari para pembaca berita itu sendiri, termasuk saya. Apalagi pengurutan judul tulisan pada google itu sangat dipengaruhi oleh seberapa sering tulisan itu dibaca. Tapi, apakah ini bisa dikatakan sebagai kebiasaan aneh? Ketika mereka membaca hal-hal yang baik, mereka merasa bosan. 

Seolah-olah mereka sedang berhadapan dengan seorang penceramah yang terlalu teoretis. Mungkinkah pula, ini disebabkan oleh sikap iri, karena mereka tidak memiliki kesempatan yang sama dengan orang yang berprestasi itu? Atau, karena ia memang sudah bawaan lahir, terbiasa mengunyah kabar-kabar buruk, menggosip. Sehingga, ia lebih suka dengan kabar-kabar buruk.

Akibatnya, mudah bagi siapa saja untuk memandang rendah dan melecehkan kaum terpelajar kita ini. Padahal, di pundak mereka, kaum terpelajar, masa depan bangsa ini akan dibangun. Mereka mestinya diberi kesempatan dan peluang untuk membuktikan, bahwa mereka mampu menjalankan amanat masa depan bangsa. Mewujudkan apa yang menjadi cita-cita mulia bangsa ini.

Lantas, sebagai pembanding, Kang Saeful meminta kami mengetikkan kata "high school student" pada kotak mesin pencarian tadi. Apa yang terjadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun