Dengan demikian, menjadi pendekar, bukan kemudian ia harus menjadi tukang gebuk atau tukang berantem, demi mendapatkan previlage. Sebaliknya, ia yang harus siap di depan untuk mengambil tanggung jawab atas apa-apa yang terjadi dan mengancam kelangsungan hidup masyarakat. Ia yang berani mengambil risiko besar demi keutuhan kekeluargaan yang tumbuh di masyarakat.
Wajar jika kemudian beliau memiliki gagasan yang begitu visioner. Sebab, tempaan yang ia terima bertahun-tahun telah melatihnya menjadi terbiasa menghadapi persoalan manusia. Dan benar, pembangunan---baik di desa maupun di pusat-pusat kota---mestinya lebih mengedepankan pembangunan manusia, karena manusialah subjek pembangunan. Mereka yang akan mengembangkan pembangunan itu, tak sekadar melanjutkannya.
Dari kisah tentang pendekar itu pula, saya mendapatkan kisah menarik mengenai pencak silat khas milik Desa Kebonagung. Namun, belum begitu detail. Pak Kades menjanjikan pada saya kelak akan mempertemukan saya pada pendekar yang asli Desa Kebonagung, pewaris dari gaya pencaksilat khas Desa Kebonagung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H