Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membaca adalah Wujud Cinta

18 Juli 2022   03:28 Diperbarui: 18 Juli 2022   03:47 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu, apa yang telah mereka tulis itu tidak hanya untuk dipajang dalam rak-rak buku. Menjadi hiasan dinding di ruang tamu atau sekadar tumpukan kitab yang dibiarkan berdebu. Beliau-beliau menulis untuk sebuah pewarisan ilmu. Pewarisan yang dilandasi oleh rasa cinta yang teramat besar kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw., juga cinta mereka kepada Allah Swt.

Bahkan, untuk menggoreskan satu kata dengan tinta itu, perjuangan mereka tak mudah. Ada kalanya harus ditebus dengan nyawa mereka. Ada pula yang harus mengasingkan diri, jauh-jauh mencari tempat paling sepi. Semua itu dilakukan agar apa yang ditulis itu benar-benar sampai kepada kita.

Belum lagi cara yang dilakukan untuk menghimpun semua fakta, hingga menyusunnya menjadi urut dan memudahkan kita untuk mempelajarinya. Begitu rumit dan tak terbayangkan. Apalagi pada masa itu tak tersedia kemudahan teknologi seperti sekarang ini.

Rasanya, betapa kita sekarang ini begitu bodohnya. Telah menyia-nyiakan kitab karya-karya mereka. Betapa kita telah berlaku tak adil kepada mereka yang begitu susah payah menulis kitab-kitab itu, sedang kita memilih bersikap abai pada karya-karya mereka. Bahkan, yang lebih miris lagi, kita tak jarang hanya mencuplik sebaris kalimat dari sebuah kitab karya mereka, hanya agar bisa membusungkan dada saat beradu pendapat atau berdebat. Padahal, yang mereka ajarkan dalam tulisan-tulisan itu adalah kebijaksanaan dan cinta. Lantas, apa bukti cinta kita?

Pertanyaan itu mungkin menjadi bahan renungan bersama. Sebagaimana disampaikan Rama Kiai Muhammad Saifuddin Amirin, saat mengantarkan pengajian rutinan hari Selasa (13 Juli 2021) malam di Majelis Taklim Al Maliki. Saat beliau duduk bersama dengan Syekh Amar Arrufati, cicit dari Sultanul Auliya Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Sekalipun hanya disampaikan dalam satu kalimat pendek, "Membaca hadis-hadis Rasulullah, pada hakikatnya merupakan suatu ikhtiar kita untuk mengenang Kanjeng Nabi."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun