Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ilmu Batik Itu Ilmu Rasa

27 September 2021   04:55 Diperbarui: 30 September 2021   02:52 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, Rasa ingin tahu itu ibarat sebongkah batu yang dilempar ke tengah telaga. Sebesar apapun itu ukurannya dan sebesar apapun tenaga yang digunakan untuk melempar batu itu ke dalam air, pengetahuan yang didapat belum tentu seukuran batu itu. 

Bisa jadi hanya setitik air yang memercik ke muka. Tetapi, dari setitik air itu bisa saja ditafsir-tafsir dengan beragam cara, sampai akhirnya muncul beragam pengetahuan tentang telaga itu. 

Pengetahuan, dengan demikian, hanyalah efek dari usaha manusia di dalam membaca, mengenali, mengerti, memahami, menghayati, dan mencerna setiap fenomena yang terjadi di alam semesta.

Lalu, setelah dipahami dan dihayati, pengetahuan itu kemudian disampaikan kembali, disebarluaskan melalui beragam bentuk dan cara. Seperti halnya dengan batik.

"Batik itu olahrasa orang Jawa. Di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan yang diolah melalui ilmu rasa. Di dalamnya juga terdapat pengetahuan-pengetahuan yang kompleks, terutama berkaitan dengan kehidupan serta hubungan antara mikro dan makro kosmos. Pesan-pesan itu disampaikan melalui beragam cara di dalam batik. 

Bisa melalui motifnya, bisa melalui prosesnya, bisa juga melalui hubungan antara manusia sebagai jiwa dengan unsur-unsur yang digunakan di dalam membatik. 

Semacam persenyawaan antara kejiwaan manusia dengan kejiwaan makhluk lain, juga dengan benda-benda. Semacam penghargaan dan penghormatan kepada alam semesta, serta yang lebih penting lagi adalah sebagai persembahan kepada Sang Maha Mencipta," tutur Mas Dudung.

Jika begitu, bisa jadi batik memiliki ragam fungsi yang jamak. Ia bisa menjadi media tuang pemikiran, bisa juga menjadi bagian dari proses menggali pengetahuan. 

Semacam wahana belajar alias pasinaon. Tidak sekadar menjadi barang seni atau barang kerajinan. Tidak hanya artistik atau pula bernilai ekonomi. Melainkan, ada nilai lebih di dalamnya yang lebih dari yang "dilebih-lebihkan" itu.

"Saya punya pengalaman dagang batik dengan orang-orang Barat, orang Eropa dan Amerika. Mereka semua cerewetnya minta ampun. Padahal, hanya membeli satu helai kain batik. 

Mereka rewel jika nanti pakai batik kulitnya bisa iritasilah, bisa begini, begitu. Pokoknya rewel! Tetapi, dari mereka saya jadi tahu, mereka tidak tahu apa-apa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun