banjir informasi yang menggenangi ruang-ruang sosial, hingga bilik-bilik privat. Awalnya, banjir informasi ini dipandang sebagai pesta pora era keterbukaan.Â
Beberapa waktu lalu, tak sedikit orang mengkhawatirkanTetapi lambat laun, kekhawatiran muncul kemudian bahkan semakin besar. Sampai-sampai berbagai upaya dilakukan untuk membendung luberan banjir informasi itu agar tidak menjamah tempat-tempat paling rahasia, seperti toilet atau kamar mandi misalnya.
Seperti halnya banjir air, kalau sampai menggenangi kamar mandi dan toilet sudah tentu akan membuat tak nyaman. Apalagi di antara aliran air yang membanjir itu ada sampah yang berserakan, mengapung dan terbawa arus. Sudah pasti itu akan membuat pemandangan semakin tak sedap.
Begitu pula yang terjadi pada era banjir bandang informasi. Tak hanya informasi yang benar, informasi-informasi sampah pun ikut terbawa. Ada banyak macamnya.Â
Ada barang bekas, perkakas rumah tangga milik entah siapa, sampai pakaian dalam dengan berbagai warna dan bentuk serta ragam ukuran yang tak jelas siapa pemiliknya, dan apa saja.
Tentu, dalam banjir yang sudah kadung meninggi dan arusnya terlampau deras itu rasa-rasanya aneh jika kemudian upaya pembangunan bendungan baru dilaksanakan.Â
Jika langkah itu dilaksanakan, terlalu besar risiko yang diambil. Ongkosnya pun tak hanya besar, tetapi sangat besar. Tingkat keberhasilannya pun boleh jadi sangat diragukan.
Alih-alih menutupi ketakberdayaan membangun tanggul, lantas para pemegang otoritas pun berdalih. Mereka tak betulan membuat tanggul. Yang mereka lakukan hanya memasang jaring.Â
Tujuannya, sekadar menyaring informasi. Tetapi, ada yang luput dari perhitungan. Yaitu, tentang kekuatan jaring yang mereka pasang. Juga kemampuan jaring itu untuk benar-benar menahan segala jenis sampah dengan beragam ukuran.Â
Nyatanya, sekalipun cukup berhasil menahan sampah-sampah itu, masih saja ada sampah yang lolos. Ukurannya tak besar. Tetapi, sekali sampah itu lolos dan masuk ke permukiman, warga pun menjadi geger.
Berkaca dari pengalaman banjir informasi itu, saya mencermati, rupanya tak hanya informasi yang membanjiri kehidupan manusia. Akan tetapi, banjir bandang informasi itu juga turut dirayakan oleh para kreator.Â