Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Puisi, Musik, dan Drama dalam Satu Panggung

9 September 2021   02:30 Diperbarui: 9 September 2021   03:03 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi, menurut pandangan saya pribadi, aturan ketat yang melekat pada macapat ini sebenarnya memperlihatkan bahwa macapat itu identik dengan puisi. Sebab, bentuknya yang padat.

Sebagai catatan, aturan main penulisan macapat ditentukan oleh tiga hal, yang kemudian disebut sebagai guru gatra (jumlah baris tiap bait), guru wilangan (jumlah suku kata tiap baris), dan guru lagu (persajakan akhir tiap baris). 

Sementara, di dalam membacakannya, macapat ditembangkan atau dinyanyikan, yang aturan menembangkannya pun ketat. Nada atau iramanya ditentukan berdasarkan jenis macapatnya. 

Dalam hal ini, ada sebelas jenis, yaitu Mijil, Maskumambang, Sinom, Asmaradana, Kinanthi, Gambuh, Dandhanggula, Durma, Pangkur, Megatruh, dan Pocung. Kesebelas jenis ini menyimbolkan tahap kehidupan manusia dari lahir sampai meninggal dunia.

Dari itu, kita ketahui bersama, bahwa ternyata musikalisasi puisi maupun dramatisasi puisi bukanlah hal baru. Hanya saja, pengistilahan musikalisasi puisi maupun dramatisasi puisi masih cukup ramai untuk diperbincangkan. Mengapa?

Saya pikir, ini semua disebabkan oleh belum disepakatinya secara bersama tentang aturan baku yang berlaku. Di sisi lain, munculnya anggapan bahwa musikalisasi puisi dan dramatisasi puisi sebagai metode mengapresiasi puisi dengan tujuan agar makna puisi mudah dicerna oleh pendengar atau penonton rasa-rasanya bukanlah anggapan yang tidak selamanya bisa dipandang tepat. 

Sebaliknya, pandangan semacam ini justru berpotensi membuat kedudukan puisi makin terasa asing. Seolah-olah puisi adalah sesuatu yang sulit dimengerti dan dipahami. Lantas, untuk bisa membuat ia menjadi mudah dimengerti, maka dibutuhkan media lain sebagai cara untuk menyampaikan pesan puisi.

Kita mesti ingat pada tujuan puisi itu digubah, yang tidak bisa dilepaskan dari latar belakang puisi itu dibuat. Sebagaimana telah kita pahami bersama, bahwa puisi tidak lahir dari ruang kosong, maka untuk memahami makna dari puisi itu, tidak serta merta bisa dilakukan hanya dengan meminjam media lain. 

Ada perangkat-perangkat keilmuan yang saya kira sangat bisa dimanfaatkan untuk bisa memeriksa maksud dari puisi.

Oleh sebab itu, kerja dan fungsi dari musikalisasi puisi maupun dramatisasi puisi pada dasarnya adalah kerja-kerja tafsir. Sebab, ketika proses alih wahana itu dilakukan, tentunya seorang seniman akan melakukan tafsir terhadap isi puisi yang akan ia musikkan maupun ia dramakan. 

Jadi, boleh dibilang pengalihan wahana puisi pada prinsipnya merupakan penyampaian tafsir sang komposer musik atau penggarap drama puisi kepada khalayak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun