Menurut saya, beda antara orang desa dan orang kota terletak pada hakikat kekayaannya. Kekayaan orang kota sangat mungkin bersifat semu. Tetapi, kekayaan orang desa sangat rasional dan hakiki. Mereka mengolah tanah dan menanam. Sekali panen, mereka menyisihkan untuk kebutuhan mereka. Sedang sisanya, dijual untuk mencukupi kebutuhan pangan orang-orang kota. Jadi, beruntunglah mereka yang hidup di desa dan bergaya hidup sebagaimana orang desa. Bertani, berkebun, dan lain-lain. Mereka tak perlu khawatir jika harga beras tiba-tiba naik, karena mereka punya beras dari sawah yang mereka garap.
Sementara orang kota, untuk mendapatkan beras perlu proses panjang. Mereka harus bekerja untuk mendapatkan upah. Begitu upah didapat, mereka harus memperhitungkan berbagai macam kebutuhan. Karena tak punya beras, mereka harus beli. Sedang harga beras kadang naik, kadang turun. Begitu harganya naik, tentu mereka kudu pinter berhitung. Jika sisa uang upah dirasa tak terlalu banyak, maka mesti mengencangkan ikat pinggang. Apalagi kalau tak cukup punya barang-barang yang bisa dijual. Ah, betapa repotnya jadi orang kota.
Meski begitu, menjadi orang desa tak selalu bebas dari masalah. Sebab, ada pula masalah yang mereka hadapi. Tapi, saya belum cukup ngerti masalah-masalah yang mereka hadapi. Dan inilah kebodohan yang saya miliki, saya bukan orang yang hidup di desa dengan gaya hidup ala desa pula. Saya hanya bisa memandang nilai kebaikan pada cara hidup orang desa. Kalau disuruh jadi orang desa beneran, belum tentu saya sanggup. Saya mesti belajar dengan sungguh-sungguh untuk menjadi orang desa. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H