Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 8 telah berada pada eksplorasi konsep Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik. Pada akhir eksplorasi konsep modul 2.3-2.3, Calon Guru Penggerak (CGP) diminta untuk menuliskan pemahaman mereka tentang kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching. Berikut ini adalah pemahaman saya mengenai modul 2.3-2.3.
 International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai " bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulus dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif". Ada tiga kompetensi inti coaching yang harus dipahami oleh guru penggerak yaitu:
Kehadiran Penuh/Presence
Kehadiran Penuh/Presence adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching.
Mendengarkan Aktif
Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara serta mengesampingkan agenda pribadi atau penilaian terhadap coachee.
Mengajukan Pertanyaan Berbobot
Keterampilan lainnya yang harus dimiliki seorang coach adalah mengajukan pertanyaan berbobot. Pertanyaan yang diajukan coach diharapkan mampu menggugah seseorang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee untuk mengungkapkan emosi atau nilai dalm diri yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.
Julian Treasure memperkenalkan referensi yang dapat digunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot hasil dari mendengarkan aktif yaitu RASA. RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Receive/terima berarti menerima semua informasi yang disampaikan coachee.
Appreciate/apresiasi yaitu memberikan apresiasi dengan merespon atau memberikan tanda bahwa kita mendengarkan coachee.
Summarize/ merangkum, saat coachee selesai bercerita rangkum untuk memastikan pemahaman kita sama.
Ask / tanya, coach mengajukan pertanyaan berbobot.
Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA
      Alur percakapan coaching TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching. Melalui alur  percakapan TIRTA, kita diharapkan dapat melakukan pendampingan baik kepada rekan sejawat maupun muridnya. Berikut ini adalah alur percapan TIRTA:
T (Tujuan)
Pada tahap awal, coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung.
I (Identifikasi)
Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan.
R (Rencana)
Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat.
TA ( Tanggungjawab)
Coachee membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya.
Demikianlah pemahaman saya tentang tentang kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H