Mohon tunggu...
Ribka Asima Siallagan
Ribka Asima Siallagan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jember

Saya memiliki minat yang mendalam pada ekonomi politik dan pendidikan. Saya tertarik untuk memahami bagaimana kebijakan ekonomi dan keputusan politik bisa berdampak pada akses pendidikan, kualitas pembelajaran, serta kesejahteraan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Strategi Pemerintah Kendalikan Inflasi: Kebijakan Nilai Tukar Jadi Senjata Utama

17 November 2024   06:09 Diperbarui: 17 November 2024   10:18 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.nesabamedia.

Dalam upaya mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi, kebijakan nilai tukar menjadi salah satu instrumen utama yang dioptimalkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia (BI). Inflasi yang terkendali pada 2024, tercatat sebesar 2,13% (yoy) pada Juli 2024, menunjukkan efektivitas berbagai langkah strategis. Fokus utama adalah memastikan nilai tukar Rupiah tetap stabil di tengah ketidakpastian global, termasuk dampak dari konflik geopolitik dan kebijakan moneter negara maju.BI telah memperkuat bauran kebijakan moneter melalui intervensi di pasar valuta asing dan penggunaan instrumen seperti Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF). Nilai tukar Rupiah tercatat menguat sebesar 5,34% pada Agustus 2024 dibandingkan bulan sebelumnya. Penguatan ini didorong oleh aliran masuk modal asing, rendahnya inflasi, serta pertumbuhan ekonomi yang baik

Langkah lain yang diambil adalah penerapan instrumen moneter seperti Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI), yang mampu menarik aliran portofolio asing hingga Rp243,27 triliun. Hal ini memperkuat cadangan devisa dan membantu menjaga stabilitas Rupiah di pasar internasional.

Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) juga menjadi strategi penting dalam menjaga inflasi volatile food. Melalui kerja sama antara BI, pemerintah pusat, dan daerah, pengendalian harga pangan bergejolak dilakukan secara komprehensif. Pendekatan ini telah membantu menurunkan inflasi pangan dari 5,96% menjadi 3,63% selama periode yang sama.

Meski demikian, risiko dari imported inflation akibat pelemahan Rupiah dan tingginya harga energi global masih menjadi ancaman. Oleh karena itu, kebijakan suku bunga diarahkan secara pre-emptive untuk menjaga inflasi inti tetap dalam kisaran 2,51%. BI juga berkomitmen untuk menyesuaikan kebijakan sesuai dinamika global dan domestik.

Kebijakan nilai tukar yang stabil memberikan dampak positif pada daya beli masyarakat dan investasi. Dengan menjaga inflasi di bawah target, pemerintah memastikan daya saing ekonomi tetap terjaga. Diproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di kisaran 4,7-5,5% pada 2024.

Strategi pemerintah dan BI yang mengutamakan stabilitas nilai tukar telah menunjukkan hasil yang positif dalam mengendalikan inflasi. Sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal diharapkan terus berlanjut untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global yang dinamis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun