Data yang tidak akurat dan tidak di update per-hari ini menyebabkan ada gampong yang bantuan menumpuk dan ada yang belum dapat banyak bantuan.
Lalu keesokan harinya saya ditelpon sama imam besar Foba Ikhsan Efendi. Katanya mereka mau ke Pijay dan membawa satu ton bantuan dan puluhan juta donasi.
Saya langsung bergabung di Sigli dan menuju lokasi. Kami masuk keperkampungan terpencil penduduk, setelah berasumsi bahwa tempat terpencil-lah yang jarang memperoleh bantuan, sedangkan posko pengungsi di pinggir jalan sudah banyak orang yang memberi.
Tapi asumsi ini tidak sepenuhnya benar dan mungkin malah kejadian sebaliknya, para donatur bantuan selalu masuk-masuk gampong pelosok, sedangkan di posko sepanjang jalan Banda Aceh – Medan yang banyak hanya spanduk saja.
Sehari semalam bersama anak-anak Foba yang beranggotakan Rahmat Yusuf Nuga, Rahmat Zakas, Agung, Jack, Arifin dan Fajar kami berhasil memberikan sedikit bantuan ke kampung sebagai berikut. Menasah Sagoe, Trienggadeng. Aki Neugoh, Kecamatan Bandar Baru. Gampong Paru Keude, Kec Bandar Baru. Gampoeng Teugoh, Pante Raja. Gampoeng Ulee Glee, dan Keude Ulee Glee. Kemudian, para Relawan bergerak ke Gampong Grong-Grong Capa, Ulim. Masjid Tuha, Menasah Meucat, Pangwa. Gampong Kuta Pangwa, Gampong Dayah Pangwa, gampong Masjid Trienggadeng dan Gampong Ara.
Bantuan kami pilah setelah diskusi dengan para pengungsi tentang apa yang mereka butuhkan, berapa korban dan kerusakan serta apa-apa yang sudah diberikan pihak lain.
Untuk teman-teman yang membaca ini, selamat berakhir pekan. Kalau ada kesempatan, main-main lah ke posko bantuan. Menurut Noval, sarjana S2 Paud yang merupakan alumni Foba,
“Tingkat Trauma yang terjadi pada anak-anak tergantung mindset orang tuanya saat menghadapi musibah, kalau orang tuanya tidak panik dan dengan tenang mencari tempat aman, keluar rumah, menghindari bangunan tinggi atau dengan hati-hati mengevakuasikan diri, anak-anak mereka juga akan seperti itu” ungkapnya
“Tapi kalau para orang tua panik saat terjadi bencana, lari kesana kemari dan berteriak ketakutan, maka pada anak-anak mereka juga akan berlaku demikian.”tambahnya di ujung pertemuan.
Maka dari itu, selalu jaga hatimu... #eh. Selalu ada gempa dihati kita saat sesama muslim ditimpa musibah. Suriah, Palestina dan pengusiran muslim minoritas di berbagai belahan dunia membuat hati kita didera gempa 10 skala rither, jika hatimu tidak gempa. Update-lah aplikasi keislaman dengan banyak-banyak membaca qur’an dan sering duduk dengan ulama untuk membicarakan tentang bagaimana sikap sosial kita. Untuk menjadi muslim seutuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H