Globalisasi telah banyak merubah wajah kemanusiaan dan budaya kita.Jarak sudah tidak lagi jadi masalah dan kemajuan iptek demikian pesat sampai-sampai membuat orang kedodoran dengan tata-budayanya dan sering terperangkap dalam persaingan yang tidak wajar.Di era “modern” ini materialisme juga makin menonjol yang membuat tidak seimbangnya aspek lahiriah dan batiniah sehingga simpangan itu baru terlihat ketika kita membuka kembali lembaran-lembaran kebijakan lama yang jadi kearifan lokal.
Sebagaimana di mana pun, kearifan lokal di tanah Melayu senantiasa berlandaskan nilai-nilai luhur yang bersumber dari ajaran Ketuhanan yang diperuntukkan bagi kepribadian dan jati diri seorang insan.Dalam masyarakat terdapat dan hidup petuah-petuah Islami yang disebut Tunjuk Ajar Melayu yang dikatakan sebagai pakaian.Orang yang lupa diri atau lupa pakaian sangat mungkin akan berbuat hal-hal tercela yang dapat merugikan masyarakat dan bangsanya.
Keadaan itu dapat digambarkan dengan ungkapan yang dapat dilihat dalam sebuah buku Tunjuk Ajar Melayu tulisan Tenas Effendy, seorang budayawan Riau, sebagai berikut:
bila orang lupakan diri,
banyaklah bala yang menghampiri
bila orang lupa pakaian,
banyaklah kerja yang bersalahan
kalau sudah lupakan diri,
alamat bala menimpa negeri
kalau sudah lupa pakaian,
di situlah tempat masuknya setan
lupa diri binasa negeri,
lupa pakaian binasa iman.
Ungkapan di atas dengan jelas menunjukkan apa konsekuensinya jika seseorang, terlepas dari statusnya, melupakan norma-norma yang diajarkan dan diwariskan berdasarkan iman kepada Allah Swt.Lingkup kearifan itu bukan hanya lokal tapi sudah menjangkau rentang sutau negeri.Dalam konteks sekarang, jangkauan negeri itu bukan tidak mungkin meliputi suatu Negara.Semoga para pemimpin kita tidak lupa diri atau lupa pada pakaian (kearifan) sebagaimana dalam ungkapan di atas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H