Sebatang rokok kau mulai hari2 mu
meneraju negeri ini...
Lenguh nafas memikul mu hingga keatas
Tak tau berapa banyak bekal telah kita makan
mengantar mu mewakili kami.
Kini…2 tahun berlalu
Kau tampak gagah dan bermarwah
bersama manusia-manusia dari antah berantah
Mereka penggoda, kau pun sama..
Aku takut kau seperti meraka,
lupa .... akan kami.
Kami masih disini.... bung
Masih setia bersama keluarga kita
penghuni kampung kecil
penuh lumpur kesengsaraan
menunggu mu megubahnya
Beratus, bahkan beribu pasang mata
melirik mu di atas sana, aku takut kau terjatuh,
teriup angin sepoi-sepoi
tidak kencang tapi melelapkan
Bangun, bangun…
Kami menunggumu disini,
kita bermain lumpur bersama
menikmati kegelapan dari masa kemasa
ditemani suara sang penghuni malam
Tak apa-apa kau gunakan safari mu…
sepatu kulit mu masih melekat debu harapan
berjalan lah, tinggalkan tunggangan mu…
biar kutuntun bila kau mulai pikun
jalan mana pernah kau lalui...
Bukan kami minta kau menyulap lumpur jadi batu
dan bukan pula kami meminta pohon kelapa menjadi tiang cahaya
cukup dengan menyapa ….
Kami sudah merasa hilang dahaga
Ku tunggu kau menyapa…dari atas sana
atau kehadiran mu digubuk derita penuh duka…??
Malaysia, 13 Maret 2011
Ismail Marzuki
(Puisi diatas merupakan pesan moral buat para wakil rakyat)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H