Mohon tunggu...
Ria
Ria Mohon Tunggu... Akuntan - Pemilik akun

Akuntant Mengerti Pajak Suka Menulis

Selanjutnya

Tutup

Horor

Misteri di Sabtu Pagi

15 Juni 2023   20:23 Diperbarui: 15 Juni 2023   20:33 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini sabtu pagi, suara adzan subuh membangunkanku dari tidurku yang tak terlalu pulas malam ini. Aku mendengar langkah kaki di tangga rumahku, suara itu semakin lama terdengar semakin dekat. Aku yang masih mengantuk kembali menarik selimutku dan memasukkan kepalaku ke dalam selimut karena suhu AC di kamarku terasa semakin dingin di saat subuh, namun tubuhku terlalu malas untuk meraih remote control dan mengubah suhu AC. Kulihat sepintas adikku yang berada di ranjang sebelahku masih mendengkur dengan pulas, suara dengkurannya terdengar jelas dari ranjangku yang hanya terpisah jarak sekitar 2 meter ini. 

Ketika mataku hendak menutup kembali dan otakku mulai melayang berada diantara sadar dan tak sadar, tiba - tiba pintu kamarku terbuka, aku tidak melihatnya namun terdengar suara gesekan kertas - kertas yang berserakan di lantai karena adikku terlalu malas membereskannya saat selesai mengerjakan prakarya semalam. Aku masih berusaha memejamkan mataku dan melanjutkan tidurku, namun tiba - tiba lampu di kamarku menyala terang dan omelan mamaku membuat otakku segar kembali.  

Perlahan aku membuka selimutku dan mengangkat tubuhku dari atas kasur, aku melihat mama yang masih menyerukan ocehannya tanpa henti sambil membereskan buku - buku adikku di meja belajarnya. Selesai dengan semua ocehannya, mama menarik selimut adikku yang masih mendengkur, namun adikku tidak terpengaruh sama sekali dengan ocehan panjang lebar mamaku, mama membangunkan adikku dengan paksa sambil melipat selimut adikku dan meletakkannya di ranjangku supaya adikku tidak tertidur kembali. Lalu mama bergegas turun sambil membawa tempat sampah yang ada di kamar kami, aku mengikuti mama turun ke lantai bawah dengan membawa selimut yang telah kulipat dengan rapih untuk kubawa pergi wisata hari ini.

 ketika aku meninggalkan kamar, kulihat adikku sudah duduk diatas ranjang sambil memegang kepalanya, kurasa dia merasakan efek dari ocehan mama barusan. Dia perlahan bangkit dari tempat tidurnya dan hendak beranjak mengikutiku.

Aku mengikuti mama, masuk ke kamar mama untuk mengambil beberapa bantal yang akan kami bawa pergi. Semalam kami sudah merencanakan bahwa hari ini kami akan berangkat pagi buta untuk pergi ke salah satu pantai dan menghabiskan weekend kami di salah satu cottage yang disewakan di area pinggir pantai tersebut. Aku dan mama membawa beberapa bantal, selimut dan pakaian hangat untuk dimasukkan ke dalam mobil kami yang diparkir di area parkir umum yang di sediakan untuk warga di kompleks tempat kami tinggal.

Setelah membawa beberapa barang, aku dan mamaku mengikuti adikku yang sudah mendahului di depan kami sambil membawa kunci mobil. Sebelumnya kakakku berteriak dari dalam kamar mandi menyuruh adikku untuk menyalakan mobil supaya mesinnya siap untuk dijalankan. Adikku berjalan begitu cepat karena dia hanya membawa kunci mobil, dia masih sedikit marah karena dibangunkan secara paksa oleh mama, sedangkan aku dan mama membawa beberapa barang sehingga kami tertinggal agak jauh dari adikku, aku sempat setengah berteriak meminta tolong kepada adikku untuk membantu mama yang membawa begitu banyak bantal dan selimut namun adikku tak menghiraukannya dan bahkan dia berjalan semakin cepat.

Ketika tiba di tempat parkir, adikku tidak langsung menyalakan mobil, namun dia justru berjalan lurus menuju ke dekat pohon besar yang terletak di ujung area parkir, kurasa dia berjalan cepat karena kebelet pipis sedangkan kamar mandi di rumah sedang dipakai oleh kakakku, maka dia memutuskan untuk kencing di dekat pohon tersebut. Mengetahui hal itu mamaku melarangnya dan meneriaki dia supaya cepat kembali dan kencing dirumah saja atau kencing dengan menggunakan botol air minum bekas yang ada di dalam mobil, namun adikku tidak mempedulikan perkataan mama dan bahkan pergi ke balik pepohonan, aku dan mama hanya bisa menunggu sambil bersandar di body mobil dengan membawa barang bawaan kami.

Lima menit kemudian adikku belum kembali, aku semakin emosi karena merasa dipermainkan oleh adikku, aku berjalan dengan penuh emosi menuju pohon tersebut, mamaku mengikutiku karena hendak melanjutkan omelannya tadi pagi. Namun ketika kami tiba di dekat pohon tersebut kami tidak menemukan adikku, aku dan mama merasa panik sambil memanggil - manggil nama adikku tetapi dia tak kunjung datang, aku berlari kembali ke dekat mobil dan memeriksa jika adikku sudah di dalam mobil untuk mengerjai kami, namun mobil masih terkunci, mesin masih mati, kami bahkan menempelkan wajah di kaca mobil untuk memastikan adikku tidak bersembunyi di dalam mobil.

Menyadari adikku menghilang, aku dan mama lalu kembali ke rumah dengan terburu - buru disertai kepanikan di wajah kami. Mama masuk rumah dengan sangat panik sambil memanggil kakakku untuk menyampaikan peristiwa yang barusan terjadi, namun ketika mama hendak bercerita, dia melihat adikku yang baru turun dari tangga dengan wajah yang masih sangat mengantuk, dia baru saja bangun dan turun dari lantai atas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun