Mohon tunggu...
Ria
Ria Mohon Tunggu... Akuntan - Pemilik akun

Akuntant Mengerti Pajak Suka Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Taliban Afghanistan

21 Agustus 2021   14:47 Diperbarui: 21 Agustus 2021   14:58 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Taliban, sudah tidak perlu dijelaskan lagi tentang Taliban karena dalam seminggu terakhir ini semua media social, stasion televisi bahkan group wa keluarga dipenuhi dengan berita tentang Taliban. Karena pengaruh media dan berita yang beredar, saat kata "Taliban" terdengar yang terbayang oleh pikiran kita adalah kudeta, penyiksaan, penindasan terhadap kaum wanita, ketakutan dan segala pikiran -- pikiran negative.

Saya memilih untuk memiliki Point Of View yang lain, melihat Talibah bukanlah hal yang sama sekali baru di Afghanistan, Taliban pernah berkuasa di Afghanistan sejak 1996 hingga 2001 sebelum Afghanistan mendapat dukungan dari tentara Amerika Serikat dan NATO karena Amerika Serikat memiliki tuduhan bahwa Taliban menyembunyilan Osama Bin Laden yang dituduh sebagai dalang dari pengeboman  Tower WTC di New York kala itu. Dari informasi ini dapat disimpulkan bahwa ada dua kekuatan di Afghanistan, yaitu kekuatan Taliban dan kekuatan Pemerintah yang sedang berkuasa. Kedua belah pihak memiliki pendukung masing -- masing, kubu Pemerintah mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan NATO (Inggris, Perancis, Jerman), sedangkan kubu Taliban mendapat dukungan dari Rusia, China, Pakistan, Arab Saudi dan Qatar menurut informasi yang beredar.

Ketika pemerintahan Amerika Serikat jatuh ke tangan Joe Biden, Biden merasa jika dukungan yang diberikan kepada Afghanistan selama 20 tahun ini tidak baik, maka dia memutuskan untuk menarik pasukannya dan mengakhiri perang dua kubu yang ada di Afghanistan ini. Biden mengatakan bahwa Afghanistan harus bersatu dan menemukan kemenangannya sendiri. Sepertinya pernyataan Biden ini adalah sebuah amunisi baru bagi Taliban yang membuatnya menyerang bertubi -- tubi hingga puncaknya pada tanggal 15 Agustus 2021 Taliban berhasil menduduki kantor kepresidenan.

Jatuhnya kursi kepemimpinan ke tangan Taliban membuat presiden Afghanistan Ashraf Ghani meninggalkan Afghanistan untuk menghindari perpecahan dua kubu dan menghindari pertumpahan darah di negara tersebut, namun tindakan Ghani ini menimbulkan kekecewaan besar di muka publik, karena dia justru meninggalkan negaranya dalam kondisi di serang dan sebagian besar rakyatnya dalam posisi terancam. Para aparat pemerintahan merasa terancam dan bahkan ada yang menyerah dengan keadaan karena merasa tidak ada lagi harapan untuk hidup, beberapa warga Asing dan warga negara yang mampu membeli tiket pesawat berbondong -- bondong datang ke bandara untuk melarikan diri keluar negeri, bahkan sempat tersebar berita bahwa beberapa warga nekat menumpang di pesawat asing dan jatuh lalu berakhir meninggal dunia.

Inggris dan Amerika Serikat menarik pulang para diplomatnya yang di Afghanistan diikuti oleh negara -- negara lain tanpa terkecuali Indonesia yang sampai saat ini juga masih dalam proses evakuasi para warga negara yang berada di Afghanistan.

Dua hari setelah berhasil merebut kursi kepresidenan, Juru Bicara Taliban mengadakan konferensi pers, mereka berjanji bahwa Taliban kali ini tidak seperti Taliban yang dulu, Taliban kali ini berjanji akan menjamin hak -- hak rakyat, akan mengijinkan kaum wanita untuk bekerja dan menuntut ilmu, namun ada banyak warga yang masih menyimpan trauma dari kekuasaan Taliban dua puluh tahun silam yang merampas hak -- hak kaum wanita dan melakukan eksekusi di muka umum.

Disisi lain melihat sepak terjang Taliban yang masih tetap berdiri di negara tersebut setelah kekuasaannya yang roboh dua puluh tahun silam, selain mendapat dorongan dari beberapa negara asing, sudah pasti ada kekuatan Taliban sendiri yang berada di negara tersebut, artinya ada sebagian dari warga negara yang tidak terekspos yang mendapat keuntungan dari adanya Taliban di Afghanistan, Taliban tentu saja memiliki nilai positif yang saat ini belum terekspos karena publik di suguhi dengan berita -- berita yang muncul dari pihak seberang dari Taliban. Seperti halnya politik yang selalu memiliki oposisi, untuk saat ini mungkin Taliban pada dasarnya sebagai oposisi hanya saja dia bertindak secara ekstrim.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun