Mural mirip Jokowi dengan tulisan "404:Not Found" dibagian mata, yang sempat viral beberapa hari ini membuat berbagai penilaian  public, namun juga menimbulkan banyak ketakutan disisi lain.Â
Saya percaya dengan pernyataan bahwa pak Jokowi santai menanggapi hal ini dan tidak akan baper dengan peristiwa ini, namun kondisi yang terjadi di lapangan yang mana diberitakan bahwa  pembuat mural "dicari" oleh aparat kepolisian menimbulkan keraguan dibenak public untuk berani berekspresi, bahkan beberapa lapisan masyarakat juga beropini bahwa pemerintah anti kritik
Di beberapa negara, mural selain dinilai sebagai seni juga bisa menjadi salah satu sarana untuk menyampaikan kritik terhadap pemerintah, dan seharusnya di kondisi pandemic seperti ini mural lebih efektif digunakan sebagai alat penyalur aspirasi rakyat di negara yang menyebut dirinya sebagai negara demokrasi karena aksi demonstrasi dilapangan  tidak mungkin dilakukan  untuk kondisi saat ini.Â
Aspirasi rakyat melalui seni, bukankah lebih baik daripada berdemonstrasi yang menyebabkan kerumunan, kerusuhan, perusakan fasilitas umum, cedera dan lain -- lain.
Belakangan ini ada beberapa cara yang dilakukan oleh publik yang saya rasa lebih efektif dibandingkan dengan demonstrasi, seperti unggahan "Jokowo; The King of Lip Service" yang beberapa waktu lalu diunggah oleh BEM UI, juga menggambarkan bahwa aspirasi rakyatpun bisa di digitalisasi.
Menurut pendapat saya pribadi bukankah pemerintah harusnya mengajak mereka duduk bersama untuk berbicara, untuk mengetahui apa isi pemikiran mereka, menampung pendapat dan kritik dari masyarakat juga berdiskusi untuk menemukan solusi dari setiap permasalah dan problematika yang timbul di masyarakat.
Terkait dengan problematik mural, mungkin lebih baik dan lebih bisa diterima oleh masyarakat jika Satpol PP yang menbereskan mural tersebut, jika mural tersebut dirasa menimbulkan pencemaran lingkungan, tidak sesuai penempatannya, mengganggu ketenangan public, dan akan lebih mendapat apresiasi public juga jika pemerintah justru memfasilitasi para pelaku seni mural.
Terlepas dari itu semua, masih ada sedikit keraguan apakah benar pembuat mural itu beraksi sendiri tanpa adanya orang -- orang di belakangnya? Kita masih belum mengetahui juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H