Terjadi pergeseran nilai yang begitu besar. Kegiatan ABORSI sudah tidak menjadi hal yang tabu, (maaf) yang pastinya sex bebas sudah menjadi gaya hidup masyarakat super power itu. Kesenangan hanya ditakar dengan sebagaimana mereka merasakan nikmatnya kegiatan sex yang dilakukan bersama pasangannya. Salah satu fenomena lain adalah gaya hidup orang-orang terkenal di Negara itu. Baik dari atlet sampai ke selebriti, bahkan terkadang menyerempet kepada pejabat pemerintah, seakan dikampanyekan di media pemberitaan ketika mereka melakukan perselingkuhan bahkan yang paling lucu adalah kebahagiaan sebuah pasangan yang AKHIRNYA menikah setelah 6 tahun bersama dan telah memilki anak,,,naudzubillah.
Sebuah hidup yang sudah sangat jauh memaknai kebahagiaan semu. Terlihat bahwa masyarakat mereka terlihat gamang memaknai kebahagiaan hakiki. Membenamkan diri dalam hiruk pikuk gelamor dunia dan tidak tersadarkan telah mengikis jiwanya sendiri dengan keputusasaan hingga akan tiba masa baginya untuk terjatuh dan tenggelam sehingga tak sanggup untuk kembali dan akhirnya kematian menjadi salah satu jalan terbaik.
Melihat peristiwa di atas, membuatku kembali untuk mengenang masa kecil yang “katanya” penuh mitos dan aturan yang sudah tidak jamannya lagi yang jauh mampu memberi makna kebahagiaan.
Sejak kecil di bujuk rayu oleh orang tua bahkan diiming-imingi beberapa ratus rupiah hanya sekedar agar mau datang mengaji di rumah guru mengaji. Sesampainya di rumah guru mengaji, mendapatkan banyak sekali perintah yang dulunya terkadang terasa sangat berat untuk dilaksanakan. Diminta menyapu rumah lah, membersihkan rumput yang mulai tinggi, bahkan diminta untuk mengisi tong air dengan air sumur yang ditimba dengan cara manual bahkan jauh lagi dari rumah guru mengaji hehehe
Setiap menjelang maghrib, diminta untuk segera pulang ke rumah, menutup semua pintu dan jendela supaya setan tidak bisa masuk, juga untuk hati-hati pada saat maghrib karena sudah banyak setan yang keluar dan mengganggu manusia. Alhasil yang ada hanyalah kesempatan berkumpul dengan keluarga saja dan beraktivitas sembari menceritakan semua peristiwa sepanjang hari. Ada tawa, ada perdebatan, juga bahkan ada pertengkaran saat menceritakan kembali kisah sepanjang hari itu. Namun, tanpa disadari hal itu semakin menguatkan ikatan kekeluargaan.
Tradisi untuk makan bersama menjadi sangat penting dimana semua anggota keluarga berkumpul dan mulai bercerita kembali tentang semua perjalanannya seharian, meskipun sering yang tersedia di atas meja makan hanya makanan seadanya, namun semuanya terasa nikmat ketika disantap bersama dan diiringi canda dan tawa.
Hari-hari yang sangat menyenangkan jika hari Minggu TIBA….
Bangun pagi-pagi sekali hanya untuk bertemu dengan sekelompok geng kecil dan mulai menjalankan rencana permainan yang sudah digadang-gadang pekan lalu. Alhasil semua jalan kompleks rumah dan lapangan bermain dipenuhi oleh banyak anak-anak kecil dengan gengnya masing-masing. Ada yang bermain bola kasti, petak umpet, lompat tali bagi geng perempuan, permainan halang rintang, main ankreng, bulu tangkis, bermain kelereng alias gundu, bahkan bermain judi kartu wayang hahaha…Banyak keceriaan yang terjadi jika hari minggu telah tiba. Kesederhanaan dan senyum yang tulus mampu membuat kebahagiaan yang hakiki.
Jika beranjak dewasa dan telah menjadi seorang gadis, maka orang tua mulai melakukan banyak larangan. Tidak boleh bergaul terlalu banyak dengan lelaki, tidak boleh keluar dengan lelaki tanpa urusan sekolah ataupun urusan yang sangat penting, menjaga kehormatan keluarga dengan tata karma dan tutur yang baik. Hormat kepada orang tua dan menyayangi yang lebih muda, meskipun bahasa nasehat itu dikemas dengan begitu sederhana dan bahkan terkadang terdengar begitu banyak ungkapan mitos di dalamnya.
Sedari kecil orang tua kita dahulu mengajarkan banyak norma kehidupan yang tanpa disadari telah mengakar pada jiwa. Semua dengan cara yang begitu sederhana memberikan makna tentang kebahagiaan .
Mendidik anak-anak gadisnya untuk menjaga diri dan kehormatan. Dididik dengan agama dan norma sejak kali pertama menjejakkan kakinya keluar rumah untuk mulai bersosialisasi. Mengumpulkan semua potensi kebaikan ke dalam satu lingkaran dan menjaganya ke dalam jiwa sehingga mampu mengendalikan nafsu yang terkadang muncul.