Mohon tunggu...
Ria Siti Juairiah
Ria Siti Juairiah Mohon Tunggu... Freelancer - Psychology Enthusiast

Menulis adalah tentang memandang hidup dengan sudut pandang yang lebih asyik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Unsri, Kampus Tanpa Kasta

29 Agustus 2019   22:54 Diperbarui: 30 Agustus 2019   00:21 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunio dak bakal selesai kalo kau gaweke dewek.

Hari ini saya akan share sedikit tentang almameter saya selama empat tahun ini. Sebelumnya mohon maaf apabila ada yang tak berkenan dengan tulisan saya dibawah ini, saya akan berhati-hati.

UNSRI atau Universitas Sriwijaya adalah kampus yang terletak di Sumatera Selatan dengan dua buah kampus besar.Walaupun kampus ini tidak setenar kampus-kampus dijawa sana, tapi saya disini membawa sebuah kebanggaan yang sangat besar pada kampus Sjakhyakirti ini.

Salah satu yang patut dibanggakan adalah kampus ini tidak memiliki sistem kasta. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal, yaitu:

1. Sepuluh Bangunan Khusus Bidikmisi

Bagi kalian yang ingin masuk kuliah dengan beasiswa bidikmisi, mungkin kampus ini adalah kampus yang terbaik diantara banyaknya pilihan. Begitu banyak fasilitas khusus bidikmisi yang diberikan oleh kampus.

Salah satu fasilitas tersebut adalah asrama mahasiswa. Dikampus utama yang terletak di Indralaya, UNSRI telah menyediakan dan merawat 10 bangunan hunian yang terdiri dari 3 asrama perempuan, 1 asrama laki-laki, 3 rusun perempuan dan 3 rusun khusus laki-laki. Asrama ini khusus untuk mahasiswa bidikmisi tahun pertama dan kedua. Kuotanya? Sampai penuh. Bisa lebih dari 1000 orang.

Meski memiliki biaya bulanan tapi bisa dibilang biaya ini jauh lebih murah dari biaya kosan biasanya. Untuk harga sewanya hanya dipungut 150 ribu perbulan dan biaya ini dapat dicicil. Makanan yang disediakan juga lebih murah, modal lima ribu sudah dapat nasi plus sayur (diluar kampus gak semurah ini). 

Kebetulan semua asrama ini terletak dibagian belakang dari UNSRI jadi kami masih bisa mengakses fakultas hanya dengan berjalan kaki bersama-sama. Jika lelah, kami bisa naik angkot dengan biaya 2 ribu sekali berangkat.

Setiap dua jam sekali akan ada bis gratis yang mengantar anak-anak keseluruh penjuru kampus. Setiap malam kami juga akan dijemput bis internal kampus dengan satu tujuan yaitu ke perpus pusat milik unsri.

Oh ya, kalian mungkin sedikit bingung jadi sebagai informasi kampus kami terbentang di lebih dari 700 hektar lahan.

2. Sistem UKT

Di UNSRI, pembagian UKT memang terlihat seperti menggunakan sistem kasta dimana biaya yang harus dikeluarkan tiap mahasiswa disesuaikan dengan pendapatan keluarga. Tapi hal ini justru membuat beban biaya kuliah terasa adil dan merata untuk semua mahasiswa.

Yang kaya memiliki UKT besar karena bagi mereka mampu, sedangkan yang tak punya diberi UKT minimum bahkan tak jarang ditawari beasiswa susulan. Hal ini menjadikan UNSRI terbentuk dari gotong royong dari semua "kelas ekonomi" yang dimiliki mahasiswanya.

Anak bidikmisi tidak dibebankan UKT sama sekali alias 0 rupiah karena sebenarnya UKT seharusnya sudah dipotong dari beasiswa kami. Meski begitu, mulai tahun ini kami masih bisa menerima 700 ribu perbulan.

3. No Bully

Mahasiswa dikampus kita tidak pernah membedakan perlakuan pada bidikmisi. Saya adalah contohnya. Selama empat tahun kami tidak pernah di bully, dikucilkan atau dihindari. Justru teman-teman yang lain terkadang memaklumi jika ada bayaran kuliah (seperti fotokopi dan lainnya) tapi kami malah harus menundanya karena terkendala biaya.

4. Peristiwa Agustus 2017

Peristiwa ini mungkin tak banyak diketahui publik, tapi pada Agustus 2018 kemarin mahasiswa UNSRI sempat demo di rektorat meski berakhir dengan damai. Salah satu hal yang dituntut adalah penurunan UKT Bidikmisi untuk mahasiswa semester 9 keatas. Mereka meminta UKT Bidikmisi diturunkan hingga level 1.

Hal yang sangat melegakan adalah aksi ini juga dibantu dan didukung oleh mahasiswa non-bidikmisi. Peristiwa ini adalah salah satu bukti bahwa solidaritas antara anak bidikmisi dan anak regular lainnya begitu tinggi.

Masalah anak bidikmisi juga masalah bagi mahasiswa lainnya, tidak ada perbedaan diantara yang kaya dengan yang tak punya, semua mahasiswa berhak untuk mendapat hak pendidikan yang sama.

Karena itulah meski orang Palembang terkenal agak kasar dan dibeberapa daerah banyak begal, meski kampus kami tak seterkenal di jawa apalagi didunia, tapi saya bersyukur karena mereka menerima kami sebagai keluarga dengan apapun latar belakang kita. 

Dengan begitu, siapapun bisa jadi sarjana tanpa harus dibebani masalah kasta. Seperti halnya kutipan diatas yang artinya "(urusan) Dunia gak bakal selesai kalau kamu kerjakan sendiri".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun