Oh ya, kalian mungkin sedikit bingung jadi sebagai informasi kampus kami terbentang di lebih dari 700 hektar lahan.
2. Sistem UKT
Di UNSRI, pembagian UKT memang terlihat seperti menggunakan sistem kasta dimana biaya yang harus dikeluarkan tiap mahasiswa disesuaikan dengan pendapatan keluarga. Tapi hal ini justru membuat beban biaya kuliah terasa adil dan merata untuk semua mahasiswa.
Yang kaya memiliki UKT besar karena bagi mereka mampu, sedangkan yang tak punya diberi UKT minimum bahkan tak jarang ditawari beasiswa susulan. Hal ini menjadikan UNSRI terbentuk dari gotong royong dari semua "kelas ekonomi" yang dimiliki mahasiswanya.
Anak bidikmisi tidak dibebankan UKT sama sekali alias 0 rupiah karena sebenarnya UKT seharusnya sudah dipotong dari beasiswa kami. Meski begitu, mulai tahun ini kami masih bisa menerima 700 ribu perbulan.
3. No Bully
Mahasiswa dikampus kita tidak pernah membedakan perlakuan pada bidikmisi. Saya adalah contohnya. Selama empat tahun kami tidak pernah di bully, dikucilkan atau dihindari. Justru teman-teman yang lain terkadang memaklumi jika ada bayaran kuliah (seperti fotokopi dan lainnya) tapi kami malah harus menundanya karena terkendala biaya.
4. Peristiwa Agustus 2017
Peristiwa ini mungkin tak banyak diketahui publik, tapi pada Agustus 2018 kemarin mahasiswa UNSRI sempat demo di rektorat meski berakhir dengan damai. Salah satu hal yang dituntut adalah penurunan UKT Bidikmisi untuk mahasiswa semester 9 keatas. Mereka meminta UKT Bidikmisi diturunkan hingga level 1.
Hal yang sangat melegakan adalah aksi ini juga dibantu dan didukung oleh mahasiswa non-bidikmisi. Peristiwa ini adalah salah satu bukti bahwa solidaritas antara anak bidikmisi dan anak regular lainnya begitu tinggi.
Masalah anak bidikmisi juga masalah bagi mahasiswa lainnya, tidak ada perbedaan diantara yang kaya dengan yang tak punya, semua mahasiswa berhak untuk mendapat hak pendidikan yang sama.