Mohon tunggu...
Fajriyah Ramadhani
Fajriyah Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ekonomi syari'ah UIN khas Jember

orang cerdas belajar dari apapun dan siapapun, orang rata-rata belajar dari pengalaman, orang stupid sudah punya semua jawabannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Apa Itu Pendekatan Antropologis dalam Studi Islam: Kelebihan dan Kekurangannya

21 Oktober 2024   21:10 Diperbarui: 21 Oktober 2024   21:20 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Islam sebagai agama sejatinya tidak hanya berhenti perihal keyakinan para pemeluknya. Namun juga perihal keyakinan tersebut dapat hadir dalam setiap aktifitas seorang muslim, baik dalam hal peribadatan, perdagangan, politik, kebudayaan, dan kegiatan sosial lainnya. Oleh karena itu dalam lingkup studi Islam, Islam harus dapat didekati dengan berbagai pendekatan, salah satunya yaitu melalui pendekatan antropologi. Dengan adanya pendekatan antropologi ini nantinya bisa membantu studi Islam untuk lebih mampu mendeskripsikan peran manusia dalam menjalankan keagamaannya. 

Didalam studi islam terdapat metodologi dengan beberapa pendekatan. Metodologi studi Islam sendiri adalah prosedur yang ditempuh secara ilmiah, cepat dan tepat dalam mempelajari Islam secara luas dalam berbagai aspeknya, baik dari segi sumber ajaran, pemahaman terhadap sumber ajaran maupun sejarahnya. 

Pendekatan antropologi dalam studi Islam adalah upaya untuk memahami agama dengan melihat praktik keagamaan yang berkembang dalam masyarakat. Pendekatan ini dapat membantu menjelaskan ajaran agama, karena banyak informasi dalam ajaran agama yang dapat dijelaskan melalui ilmu antropologi.

Antropoli berasal dari kata Antropos dan Logos. Antropos merupakan manusia sedangkan Logos adalah Ilmu. Dengan kata lain atropologi merupakan cabang keilmuan yang membahas tentang manusia di mana membahas tentang asal-usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau (Potabuga, 2020).

Secara epistemologis antropolog mempelajari tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehiduapan manusia secara empirik dan sebagai makshluk sosisal hubungan dengan masyarakat. Manusia secara biologis memiliki perbedaan warna kulit, bentuk tubuh sifat dan fisik lainnya. Manusia terlahir sudah memilikikelompok dan tumbuh dalam kehidupan masyarakat dengan kebudayaan tertentu.

Brian Moris memberikan pandangan kajian agama secara antropologi dapat dilakukan dengan menjadikan agama sebagai krangka sosial empiris, kemudian menjadikan agama sebagai bagian dari kehidupan manusia yang dapat dikaji dan diteliti. Dalam kajian antropologi kehidupan umat manusia di dunia ini pasti ditemukan adanya pluralitas atau keanekaragaman, kemajemukan. Pluralitas dalam kehidupan bermasyakat menjadi warna tersendiri untuk saling melengkapi dan saling membutuhkan.

Kajian antropologi dalam studi Islam dilakukan dengan upaya untuk memahami gejala-gejala keagamaan dengan melihat berbagai praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Tindakan ini dilakukan sebagai ihkhtiar untuk melihat dan memperkuat posisi agama dalam kehidupan manusia. Tahapan dalam pemahaman Islam tidak akan lengkap tanpa melihat secara holistik antara budaya dan manusia. 

Kehidupan beragama yang sesungguhnya adalah realitas kehidupan manusia yang mengejewantahkan dunia nayata. Maka bisa dipastikan makna hakik dari keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan pengalaman agama. Oleh karenanya ilmu antropolig diperlukan untuk memahami gejalagejala yang terjadi dalam kehiduapan beragama manusia.

Pendekatan antropologi dan studi agama membuahkan antropologi agama yang dapat diakatakan sebagian dari antropoli budaya, bukan antropologi sosial. Antropologi agama sebagai bagian memiliki sistetematika keilmuan yang kuat.

Sejalan dengan pendapat antropologi itu, sehingga dalam berbagai data antropologi agama dapat ditemukan adanya kolerasi pasif antara keyakinan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Golongan masyarakat yang kurang mampu dan golongan miskin pada umumnya lebih tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang bersifat mesianis, yang menjanjikan perubahan tatanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan golongan orang kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya. Melalui pendekatan antropologi dapat dilihat bahwa agama ternyata berkorelasi dengan kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini seseorang ingin mengubah pandangan dan sikap etos kerja maka dapat dilakukan dengan cara mengubah pandangan keagamaannya.   

Melalui pendekatan antropologis terlihat dengan jelas hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia. Pendekatan antropologis seperti itu diperlukan adanya, sebab masalah agama hanya bisa dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatan antropologi. Artinya manusia dakam memahami ajaran agama, dapat dijelaskan melalui bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun