Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menunggu di Stasiun Pasar Senen Tak Lagi Membosankan, Kenangan Momen Berkereta Semakin Menyenangkan

31 Oktober 2024   00:05 Diperbarui: 31 Oktober 2024   00:19 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stasiun Pasar Senen Jakarta yang banyak melayani kereta api (KA) kelas ekonomi semakin cantik saja. Banyak fasilitas yang bertambah. Menunggu yang kerap membosankan kini tak lagi menjemukan. 

Hawa sejuk menyentuh kulit saat pintu kaca secara otomatis terbuka. Rabu, 30 Oktober 2024.  Saya mengedarkan pandangan. Tertegun pada kesegaran yang menyapa. 

Seorang porter berseragam merah tersenyum. "Wah, sekarang adem, pak! " cetus saya seketika. 

Senyum Porter itu melebar lalu tertawa. "Iya, baru itu. Baru dipasang belum lama Oktober ini," katanya memberikan informasi. 

Embusan angin terasa keluar dari sejumlah Bangunan AC berukuran besar yang melekat pada tembok. 

Nyamannya, apalagi udara siang hari terasa panas. Dua buah kipas angin besar tetap ada di atas. Sejumlah penumpang terlihat asyik dengan ponselnya. Tidak khawatir kehabisan baterai karena ada fasilitas charging gratis. 

Saya terdiam menyaksikan semua yang ada di depan mata saya. Banyak hal yang sudah berubah dari Stasiun Pasar Senen. Sebuah stasiun yang biasa membawa ingatanku berlompatan pada banyak kisah berkereta api. 

Stasiun Pasar, Kenangan Pulang Kampung

"Sawunggalih... Sawunggalih.. " Suara dari penumpang yang bergegas dengan dibantu porter yang membawa barang terdengar. 

Ah, Sawunggalih dan Stasiun Pasar Senen adalah dua hal yang paling besar memberi kenangan manis untukku. 

Layanan kereta api jarak jauh menuju kampung halaman Kutoarjo dari Stasiun Pasar Senen sudah menemani semenjak masih anak-anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun