Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dinamika Perjalanan BPJS Kesehatan, dari Bikin Gelo Hingga Makin Keren Layanan

26 Mei 2024   17:52 Diperbarui: 26 Mei 2024   18:03 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dirut BPJS Ghufron Mukti Ali (dok.windhu)

Sudah satu dekade BPJS Kesehatan hadir memberi pelayanan bagi masyarakat Indonesia sejak resmi beroperasi 1 Januari 2014. Banyak cerita dan pengalaman yang terjadi dalam rentang waktu sepuluh tahun. Semua ini diwujudkan dalam dua buah buku yang diluncurkan di Ballroom kantor BPJS Pusat, Jumat 17 Mei 2024.

Siang itu, peluncuran dua buku yang dilakukan oleh Direktur BPJS Kesehatan Ghufron Mukti memancing minat.  Layanan BPJS Kesehatan memang langsung dirasakan oleh masyarakat melalui jenjang fasilitas kesehatan. Setiap Warga Negara Indonesia (WNI) wajib mengikuti program BPJS Kesehatan.

Buku pertama berjudul "Roso Telo Dadi Duren, Biyen Gelo Saiki Keren: Catatan 10 Tahun Perjalanan BPJS Kesehatan".  Sebuah buku yang berisi mengenai berbagai peristiwa sepanjang perjalanan BPJS Kesehatan. Dinamika perjalanan BPJS Kesehatan sepanjang mengelola Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) selama satu dekade dijabarkan.

Buku kedua berjudul "Prinsip Dasar Sistem Jaminan Sosial dan Asuransi Kesehatan". Sebuah buku yang membahas dasar-dasar asuransi kesehatan sosial, termasuk di dalamnya seluk belik penyelenggaraan Program JKN, Kebutuhan Dasar Kesehatan (KDK), Kelas Rawat Inap Standar (KRIS), mekanisme naik kelas dan urun biaya, program anti kecurangan, transformasi digital yang dilakukan BPJS Kesehatan, dan lain-lain  

BPJS Kesehatan 1 Dekade (dok.windhu)
BPJS Kesehatan 1 Dekade (dok.windhu)

Meskipun ada dua buku, hanya buku pertama berjudul "Roso Telo Dadi Duren, Biyen Gelo Saiki Keren: Catatan 10 Tahun Perjalanan BPJS Kesehatan" yang dibedah. Pesertanya hadir secara offlline dan online.

Hadir sebagai pembedah buku adalah Koordinator Advokasi BPJS Watch Timbul Siregar, Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Dr. Iing Ichsan Hanafi, Wakil Ketua Komisi IX Emanuel Melkiades Laka Lena , Pimpinan Kumparan Arifin Asydhad, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, perwakilan dari Kementerian Kesehatan, dan lain sebagainya.

"Roso Telo Dadi Duren, Biyen Gelo Saiki Keren: Catatan 10 Tahun Perjalanan BPJS Kesehatan" yang diartikan dalam Bahasa Indonesia Rasa Ketela Jado Duren, Dulu Kecewa Sekarang Keren ditulis oleh Prof.Dr. Ali Ghufron Mukti dengan sejumlah kontributor lainnya. Cetakan pertama buku yang diterbitkan BPJS Kesehatan dengan ISBN  978-623-88199-8-0 pada Mei 2024 ini terdiri atas 5 bab dengan total keseluruhan 152 halaman hingga 152 halaman.

Awalnya Dipandang Sebelah Mata, Sempat Dilabeli Haram

Badan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan (BPJS Kesehatan) merupakan badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang mengamanatkan bahwa setiap WNI wajib mengikuti program BPJS.

Bukan hal yang mudah walaupun bisnis asuransi sudah dikenal di Indonesia sejak zaman Belanda. Namun, yang bersifat sosial untuk menjamin kebutuhan layanan masyarakat baru digagas pada tahun 1964. Selain itu, meski sebelumnya sudah ada asuransi sosial seperti Asabri, Astek (Jamsostek), Taspen, dan Jasa Raharja, jumlah kepesertaannya sangat terbatas sesuai tujuan pendirian.

Maka tak pelak, selama lima tahun pengoperasian BPJS Kesehatan sebagai asuransi sosial, mengalami defisit anggaran. Presiden bahkan sempat menyatakan BPJS Kesehatan Salah Kelola.

BPJS memperbaiki layanan dan poles penampilan (dok.windhu)
BPJS memperbaiki layanan dan poles penampilan (dok.windhu)

Faktor tersendatnya keuangan, menjadi citra buruk BPJS Kesehatan, Peserta mandiri yang tidak tertib  membayar iuran hingga pendanaan pemerintah untuk PBI menjadi salah satu pemicu. Hal ini masih ditambah dengan label haram MUI yang diduga mengandung gharar atau ketidakjelasan. Sejarah mengenai perjalanan BPJS Kesehatan sejak beroperasi ini dikupas di Bab I Sekapur Sirih BPJS Kesehatan.

 "Bukan hal yang mudah untuk mendaftarkan lebih dari 97% penduduk Indonesia menjadi peserta JKN dalam waktu 10 tahun. Di saat yang bersamaan, BPJS Kesehatan juga dituntut untuk meningkatkan kepuasan peserta JKN dengan memberikan pelayanan yang mudah, cepat dan setara. Dengan kerja keras dan kolaborasi bersama segenap pihak, BPJS Kesehatan mampu bertahan menghadapi beragam tantangan dalam mewujudkan Universal Health Coverage (UHC) di Indonesia," ujar Ghufron.

Perbaiki Layanan dan  Inovasi Digital BPJS Kesehatan

Pada tahap awal pengoperasian BPJS Kesehatan tahun 2014, jumlah peserta BPJS mencapai  114 juta jiwa yang terdiri atas peserta mandiri yang membayar sendiri , penerima bantuan iuran (PBI) yang ditanggung APBN.

Per 10 Mei 2024, jumlahnya melesat menjadi lebih dari 271,2 juta jiwa. Pemanfaatan Program JKN pun terus meningkat, dari 92,3 juta per tahun pada 2014, menjadi 606,6 juta per tahun pada 2023. Manfaat program JKN mulai terasa bagi masyarakat Indonesia.

BPJS Kesehatan terus melakukan perbaikan layanan dan memoles penampilan. Apa saja yang sudah dilakukan?  Mulai dari kemudahan aksesibilitas layanan kesehatan hingga jumlah fasilitas kesehatan yang bermitra dengan BPJS Kesehatan.

Dirut BPJS saat peluncuran buku 10 Tahun BPJS Kesehatan (dok.windhu)
Dirut BPJS saat peluncuran buku 10 Tahun BPJS Kesehatan (dok.windhu)

Tak hanya itu, BPJS Kesehatan juga mengembangkan banyak inovasi digital yang memudahkan peserta, fasilitas kesehatan, pemerintah, dan stakeholders yang lain, untuk mengakses masing-masing kebutuhannya.

Menurut Dirut BPJS, Mukti Ali Ghufron, digitalisasi layanan BPJS Kesehatan berkontribusi mengubah sistem kesehatan Indonesia. Ada pelayanan administrasi melalui Whatsapp (PANDAWA), Aplikasi Mobile JKN, dan BPJS Kesehatan Care Center 165 sehingga masyarakat bisa mengurus administrasi, meminta informasi, atau menyampaikan pengaduan tentang Program JKN cukup melalui handphone. Saat pandemi, Aplikasi P-Care yang digunakan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) mitra BPJS Kesehatan di seluruh Indonesia terbukti memudahkan proses vaksinasi Covid-19 berjalan lebih cepat.

"Kalau dulu peserta JKN perlu berkas-berkas fotokopian saat berobat, sekarang cukup menujukkan NIK di KTP saja sudah bisa dilayani, selama peserta JKN tersebut status kepesertannya aktif dan sudah mengikuti prosedur," kata Ghufron.

Selain itu, masih terdapat juga inovasi unggulan bernama i-Care JKN yang  memfasilitasi peserta JKN dan dokter untuk mengakses riwayat kunjungan peserta JKN dalam kurun waktu 12 bulan terakhir sehingga dapat dilayani lebih cepat dan tepat oleh dokter. Transformasi lebih baik yang dilakukan BPJS Kesehatan ini dibahas di Bab II, Bersinergi untuk Bertransformasi.

Peluncuran asuransi bugar bersama Mobile JKN (dok.windhu)
Peluncuran asuransi bugar bersama Mobile JKN (dok.windhu)

Menepis Sindiran BPJS Rasa Telo dan Gawe Gelo (Bikin Kecewa)

Sebuah lagu berjudul "BPJS Rasa Duren  (Durian), BPJS Keren" diciptakan oleh Dirut BPJS Kesehatan Mukti Ghufron yang bisa didengarkan melalui kanal youtube. Ghufron meneis semua sindiran yang dulu sering ditujukan ke BPJS  oleh para mitra, kolega, ataupun para dokter hingga manajemen kesehatan.

Keberhasilan BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat yang semakin baik dan memanfaatkan teknologi sehingga menjadi lebih cepat, setara dan tidak ada diskriminasi bagi peserta menjadi catatan satu dekade BPJS Kesehatan.

Semua ini tidak lepas dari peranan Dirut BPJS Ghufron Mukti yang menjadi bidan dalam lahirnya BPJS Kesehatan melalui berbagai pengalaman dan semangat memberi contoh. Kiprah sebagai 'bidan BPJS' bisa dibaca di Bab IV Buku Roso Telo Dadi Duren, Biyen Gelo Saiki Keren.  

Dirut BPJS Ghufron Mukti Ali (dok.windhu)
Dirut BPJS Ghufron Mukti Ali (dok.windhu)

Beragam Tanggapan Penerima Manfaat

Tanggapan penerima manfaat BPJS Kesehatan tentu beragam. Dalam Bab V disampaikan, BPJS Kesehatan telah hadir sebagai penyambung nyawa pasien gagal ginjal. Para penderita stroke yang kerap kali mengalami komplikasi juga sangat terbantu. Tidak ada lagi alasan untuk tidak mendaftar BPJS Kesehatan.

Dalam peluncuran buku, BPJS Kesehatan juga sekaligus  meluncurkan fitur baru di Aplikasi Mobile JKN bernama BUGAR. Sejumlah layanan yang ada dalam fitur BUGAR meliputi pemantauan data vital kesehatan peserta JKN, pengukuran tubuh, aktivitas langkah, energi yang dihabiskan, dan jarak yang ditempuh sehari-hari oleh peserta JKN dengan berjalan. Fitur BUGAR juga bisa mengukur kualitas tidur dan kalori peserta JKN.

Tak heran jika para pembedah buku "Roso Telo Dadi Duren, Biyen Gelo Saiki Keren, Catatan 10 tahun perjalanan BPJS Kesehatan" sangat mengapresiasi perjalanan dan capaian BPJS Kesehatan.

Meski demikian, sudah saatnya juga BPJS Kesehatan tak melulu mengurusi orang sakit. Orang sehat pun sebaiknya juga, terutama dalam mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang sebenarnya bisa dihindari.

---Jakarta,dhu170524---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun