Emang boleh, semenarik itu? Dari sejarah, akulturasi budaya, kuliner, bahkan sampai pengalaman yang didapat, Jakarta itu memang kaya. Dalam 3 film pendek terpilih Jakarta Film Fund (JFF) 2023 yang tayang di Jakarta Film Week (JFW) 2023, semuanya dikemas memikat dan membuka wawasan yang menontonnya.
Ketiga film pendek itu, yakni "Ngidam" karya Agung Jarkasih, "Rabu yang Bahagia" karya Candra Aditya, dan "Alif Pengen Punya Pacar, Yuli Pengen Dibonceng Ngabers" karya Fazrie Permana.
Ketiga film pendek yang tayang perdana di CGV Grand Indonesia, Kamis, 26 Oktober 2023 pukul 16.55 WIB itu mengundang antusias penonton begitu tinggi. Mereka antre memadati tempat untuk mendapatkan tiket on the spot (OTS) JFF yang sudah dibuka 90 menit sebelum pemutaran.
Ya, sejak dibukanya tiket secara online, gerak cepat memang dilakukan para penggemar film JFW, terutama JFF. Dalam sekejap, tiket segera habis. Sejumlah kawan mengungkapkan kekecewaannya karena tak kebagian tiket online, maka OTS jadi pilihan.
Seperti halnya dalam pemutaran perdana di CGV, tiket online juga langsung habis dalam sekejap untuk Sabtu, 28 Oktober 2023 pukul 11.00 WIB di Teater Asrul Sani Kineforum. Luar biasa, pantas saja audi 7 CGV tempat diputarnya tiga film pendek JFF penuh. Semuanya terisi dari kursi teratas hingga terbawah.
Beruntung bisa menyaksikan langsung pada tayangan perdana. Soalnya, memang sudah Ngidam untuk menyaksikan film pendek JFF karya para talenta baru. Maklum, salah satunya adalah film pendek berjudul “Ngidam” yang merupakan produksi KOMiK, komunitas penggemar film Kompasiana. Ikut bangga sebagai anggota, dong!
Kuliner Betawi dan Uniknya Jakarta
Nuansa Betawi nyata muncul dalam ketiga film pendek yang memiliki kekuatan cerita masing-masing. Dari segi latar belakang dan kondisi yang dimiliki Jakarta, sebagai ibu kota provinsi dan ibu kota negara RI yang hingga saat ini terkesan hidup di malam hari.
Ketiga film pendek diputar dalam durasi sekitar 1 jam, dengan urutan "Alif Pengen Punya Pacar, Yuli Pengen Dibonceng Ngabers" karya Fazrie Permana, "Rabu yang Bahagia" karya Candra Aditya, dan "Ngidam" karya Agung Jarkasih. Semuanya menarik dan punya kekuatan pesan yang mengena buat penonton. Seperti apa kisahnya?