Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Jendela Seribu Sungai, Kisah Seru dan Haru Petualangan Anak Banjarmasin Kejar Cita-Cita

21 Juli 2023   23:08 Diperbarui: 21 Juli 2023   23:12 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olla Ranlan, pemeran ibu Arian di Jendela Seribu Sungai (dok.w indhu) 

Sungai tak hanya sekedar sarana transportasi. Bagi banyak orang, sungai bagai seorang ibu. Sungai adalah sumber kehidupan. Tanpa air, manusia tidak bisa hidup. Melalui sungai, orang bisa mendapatkan nafkah, memperoleh bahan makanan, rekreasi, mendirikan tempat tinggal di atasnya, hingga mendapatkan sumber tenaga listrik.

Seperti halnya kalimat yang membuka film Jendela Seribu Sungai (JSS) yang diucapkan Arian dewasa saat menaiki jukung di tengah sungai yang dilaluinya, "Darinya Kisah Bermula. Kepadanya Kisah Bermuara."  

Para pemeran Jendela Seribu Sungai (sumber: IG @jssmovie) 
Para pemeran Jendela Seribu Sungai (sumber: IG @jssmovie) 

Bentangan alam dan sungai di Banjarmasin menjadi pemandangan indah pada film Jendela Seribu Sungai.  Rumah-rumah berderet di tepian sungai. Orang-orang melakukan aktivitas jual beli dengan jukung di pasar terapung sungai, anak-anak berangkat dan pergi ke sekolah memanfaatkan aliran sungai sebagai transportasi.

Banjarmasin,  terkenal dengan julukan sebagai Kota Seribu Sungai. Data dari BPS Kota Banjarmasin, terdapat 102 sungai. Beberapa di antaranya adalah Barito, Alalak, Martapura, Meratus, dan Antasari Raden. Banjarmasin, tanah kelahiran pahlawan Pangeran Antasari ini begitu mempesona dengan keindahan alamnya.  

Semakin menarik karena dalam film Jendela Seribu Sungai yang kisahnya diangkat dari novel berjudul sama karya dari Seftiana dan Avesina Soebli ini, juga menampilkan kekayaan alam Loksado, sebuah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, tempat bermukim suku Dayak Meratus yang masih menjaga budayanya.

Dalam film JSS ini, Kejora merupakan anak yang berasal dari Loksado, yang diharapkan ayahnya meneruskan tradisi menjadi balian (dukun) untuk mengobati sukunya. Tanaman obat bersumber dari hutan. Jarak tempuh Loksado dari Banjarmasin sekitar 4-5 jam. Kemegahan alam yang masih hijau dan asri menimbulkan decak kagum saat menyaksikannya.

Peran Seorang Guru

Saat menonton JSS, selain keindahan alam Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang masih jarang terekspos melalui sebuah film, sangat terasa peran dari seorang guru dalam membantu anak didiknya untuk mewujudkan cita-cita. Ibu guru Sheila menjadi tokoh yang sangat penting menjembatani mimpi-mimpi Arian, Kejora, dan Bunga.

Meskipun ada sedikit yang mengganjal karena meskipun Bunga adalah teman Arian dan Kejora, tapi Bunga sebenarnya bersekolah di SLB. Kenapa bukan guru SLB yang seharusnya mendampingi Bunga dan meminta izin kepada orang tua Bunga agar Bunga diizinkan untuk ikut pertunjukan menari?

Bisa jadi untuk menghemat jumlah pemeran ataukah lainnya karena saya belum pernah membaca novel Jendela Seribu Sungai. Meski demikian, tetap acung jempol pada film JSS. Tema pendidikan yang memotivasi sangat dinanti-nanti dan begitu dirindukan.

Terlebih jika memperlihatkan perjuangan yang luar biasa dari anak-anak daerah Banjarmasin. Pergi ke sekolah menggunakan jukung, suatu hal yang belum tentu dialami oleh anak-anak di daerah lain, terutama yang tinggal di perkotaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun