Anak-anak memiliki impian masa depan. Cita-cita menjadi dokter, penari, seniman atau apapun saat dewasa disampaikan. Namun, perjalanan menggapainya tak selalu mulus. Rintangan harus dilalui. Kecewa, rasa takut, dan faktor ekonomi kerap menghantui. Belum lagi, izin orang tua, hingga tantangan alam saat bersekolah.
"Akan selalu ada celah bagi air untuk mengalir, Arian. Bahkan ketika kita menyangka saluran telah buntu. Mimpi juga begitu. Selalu ada jalan selama kita memperjuangkan," kata Sheila (Agla Artalidia) kepada Arian (Bima Sena), murid yang diajarnya di sebuah SD di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Â
Salah satu adegan yang juga menjadi trailer film Jendela Seribu Sungai garapan sutradara Jay Sukmo, yang tayang di jaringan bioskop Indonesia mulai 20 Juli 2023, menyambut Hari Anak Nasional (HAN) 2023 ini, tentu sangat menginspirasi.
Dalam film yang diproduksi Radepa Studio dengan menggandeng Pemerintah Kota Banjarmasin ini, bu guru Sheila sangat menyadari rintangan-rintangan yang harus dihadapi oleh anak muridnya dalam mencapai cita-cita. Tekad dan semangat yang besar harus dimiliki murid-muridnya.
 Arian, anak seorang seniman kuriding (alat musik tradisional Banjarmasin) yang ingin mengikuti jejak ayahnya (Ariyo Wahab) tapi tidak disetujui. Begitupun halnya dengan Kejora (Halisa Naura) yang sangat ingin menjadi dokter. Ayah Kejora (Ibrahim Imran) lebih senang Kejora menjadi balian (dukun) yang mampu mengobati masyarakat Dayak.
Kedua teman sekelas ini dekat dengan Bunga (Sherryl Drissana), seorang anak penderita Cerebral Palsy, yang tinggal tak jauh dari rumah Arian. Gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh itu membuat orang tua Bunga yang kaya raya menentang keinginan Bunga menjadi penari.
Namun, ketiganya tak ingin menyerah. Ketiganya tetap berjuang agar bisa meraih impian, selain berusaha meyakinkan orang tua dengan bantuan ibu guru Sheila. Â Perjuangan yang juga mereka tempuh bersama Ganang (M.Dhiki Syafi'i), teman sekolah mereka yang lucu dan mempersilakan jukungnya untuk dinaiki bersama-sama sampai sekolah.
Kepada aliran sungai Martapura, mereka menitipkan cita-citanya dengan melemparkan benda-benda yang sangat disayangi. "Ibu Sungai Martapura, bawalah pensilku menjemput impianku," kata Kejora sambil melemparkan sebuah pensil yang langsung larut dibawa laju air Sungai Martapura.