Itulah yang dituangkan para perupa dalam menyampaikan karyanya. Para seniman ini menuangkannya di atas kanvas, di atas kertas, belacu, kertas koran, goni dan lạinnya.Â
Mereka menggoreskannya antara lain dengan menggunakan acrylic, pensil,pena, hingga charcoal.Â
Begitu kreatif dan lugas mengisahkan peristiwa Mei 98 dan Reformasi yang saling menyertai. Sehingga, bagi yang pernah mengalaminya, terasa membuka kembali kenangan-kenangan yang sudah berlalu.Â
Saya berdiri cukup lama pada beberapa karya untuk merenungi dan mengingat kembali masa-masa kelam bangsa, yang dialami saat itu.Â
Untuk generasi yang tidak merasakan atau bahkan belum dilahirkan akan menjadi sebuah pengetahuan mengenai peristiwa Mei 98.
Kerusuhan, Penjarahan, Demonstrasi Mahasiswa
Mei 1998, terjadi demonstrasi di mana-mana. Sejumlah mahasiswa menjadi korban tewas mengenaskan. Harga-harga melambung sangat tinggi. Inflasi parah.Â
Kerusuhan terjadi. Penjarahan dan pembakaran pusat perbelanjaan dan perkantoran terjadi. Ketakutan mendera. Tulisan "Pribumi" tiba-tiba saja ada di depan rumah-rumah.Â
Kata " Reformasi" dipekikkan di mana-mana. Tidak ada kendaraan. Tentara dan polisi ada di mana-mana.Â
Peristiwa Mei 98 inilah yang kemudian mengakhiri pemerintahan orde Baru selama 32 Tahun dari Presiden Suharto. Tanggal 21 Mei 1998, Presiden ke-2 RI itu mengundurkan diri. Aksi demonstrasi sudah memenuhi gedung DPR/MPR Senayan.Â
Aqil Reza dalam karyanya yang berjudul Saksi Bisu Rekaman Traumatis, menghadirkan tragedi Mei 98 dengan ukuran 108,5 x 79 cm menggunakan Mix Media on Canvas (drawing eksperimen).Â
Dalam keterangan karyanya tertulis: hal yang paling susah dihapus adalah luka yang menjadi trauma . Trauma adalah kata pertama yang keluar dari hampir setiap wawancara dengan korban dan saksi peristiwa mei 1998.