Â
Tidak terasa, peristiwa Mei 98 sudah berlalu selama seperempat abad. Bukan waktu yang singkat. Jejak rekam 25 tahun itu membekas lekat dan kuat dalam ingatan siapapun yang mengalaminya. tak akan pernah bisa dilupakan hingga kapanpun.Â
Penasaran. Itulah yang membawa langkah kaki untuk melihat karya para seniman dalam menuangkan peristiwa Mei 98 di atas kanvas.Â
Ternyata, luka dan kenangan pahit itu tampak kuat terasa dalam pameran Drawing Experimental" Indonesia Kini, 25 Tahun Peristiwa Mei 98" yang dilangsungkan di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah Selatan.Â
Untunglah, masih sempat menyaksikan karya-karya menarik yang tak hanya membuka memori peristiwa yang menyertai reformasi seperempat abad.Â
Di Sabtu sore pekan terakhir, 27 Mei 2023, saya tuntas melihat dan berkeliling di galeri utama dan dua galeri sisi.Â
Meski bisa saja berkisah pencapaian reformasi pada masa kini, karya-karya perupa itu lebih banyak menyampaikan kegelisahan, kepedihan, dan kepahitan peristiwa dalam pameran yang berlangsung pada 19-29 Mei 2023 dengan dibuka Menkop UKM Teten Masduki dan menghadirkan Wahyu Susilo, adik aktivis hilang Wiji Thukul.Â
Jika bicara peristiwa Mei 98 pada tahun 2023, bisa jadi tak semua mengalaminya. Pada usia 25 tahun, seseorang sudah menjadi dewasa dan mungkin hanya mengetahuinya sebagai bagian sejarah yang mengubah bangsa.Â
Namun, bagi yang merasakan dan melihatnya langsung, berapapun usianya pada saat Mei 98, kepedihan, duka, dan kekecewaan itu sangat kuat.Â