"Lho, jadi kursi saya dijual donk?" tanya saya sambil nyaris menggebrak meja.
Petugas konter check in tampak panik dan berusaha menghubungi manajernya. Rupanya masih ada penumpang lain yang yang bernasib sama. Akhirnya sang manajer keluar dan mencoba mencek kembali kursi yang masih kosong. Untunglah akhirnya ada kursi kosong yang lebih baik, yakni di kelas bisnis. (halaman 8, Bab I Check In).
Dari Sabang Sampai Merauke, Dari Nunukan Sampai Pulau Rote
Saat membaca buku Manusia Bandara, informasi berharga mengenai kejadian di bandara, baik di bandara lokal hingga bandara internasional. Hingga buku dicetak pada tahun 2018, setidaknya sudah 58 bandara dalam negeri dan 38 bandara luar negeri yang pernah dikunjungi Dizzman. Istilahnya, Dari Sabang Sampai Merauke, Dari Nunukan Sampai Pulau Rote.
Tentu saja, jumlahnya pasti lebih banyak lagi andaikata Dizzman pernah menuliskannnya pada tahun-tahun setelahnya. Sayangnya, hal itu tak mungkin pernah terjadi. Dizzman alias Diaz Rosanno, penulis buku yang sekaligus kompasianer senior dan admin komunitas traveler kompasiana (Koteka) itu sudah meninggal dunia .
Diaz Rosanno yang juga menjabat sebagai Kepala Satuan Kerja (Satker) Penyediaan Perumahan Provinsi (P2P) Aceh, Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) ini berpulang di rumahnya Kota Banda Aceh, Selasa, 2 Mei 2023. Jenazahnya sempat disemayamkan di Larangan, Ciledug sebelum dimakamkan di Tasikmalaya.
Meski telah tiada, tulisan-tulisan Dizzman tetap abadi. Tak akan pernah hilang. Baik di akun Kompasiana maupun dalam tayangan Youtube Koteka.
Banyak hal unik tak terduga saat membaca kembali buku Manusia Bandara karya Dizzman yang memang menyukai traveling. Kenangan yang pernah ada seakan terbuka kembali.
Kebersamaan dalam berbagai kegiatan di Kompasiana. Pada halaman pertama buku yang diberikannya langsung, masih tertera tanda tangan dan tulisannya, "Untuk Mbak Windhu."
Buku ini sekaligus mengingatkan pada Thamrin Sonata, kompasianer yang menjadi editor bukunya. Dua senior baik hati yang kini telah berpulang. Maaf, baru bisa menuliskan tentang buku Manusia Bandara, saat keduanya sudah tiada.
Pertemuan terakhir sebelum pandemi, ketika belum bertugas di Aceh. Pastinya, tulisan yang ditinggalkan Dizzman alias Diaz Rossano baik di akunnya atau pada buku yang semula tak pede ditulisnya ini, seakan menegaskan yang telah disampaikan oleh Pramoedya Ananta Toer.
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”