Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memaafkan Orang Lain, Bukan Buat Dia tapi untuk Kita yang Layak Bahagia

29 April 2023   23:10 Diperbarui: 29 April 2023   23:14 1787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maaf, satu kata yang tak selalu mudah diucapkan. Seakan ada sekat yang menghalangi antara yang merasa tersakiti dan yang telah menyakiti. Namun sesungguhnya maaf yang diberikan untuk orang lain, bukanlah untuk kebahagiaan Dia, tapi  untuk ketenangan dan kebahagiaan diri sendiri.

Kami duduk tak begitu jauh. Terasa sama-sama kikuk. Ini berbeda dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Dulu sempat akrab bareng dengan teman-teman lain dalam kegiatan. Namun, entah kekerasan hati kawan saya itu atau kegengsian hati saya membuat kami sekarang terasa jauh. Bahkan bisa dibilang enggan berbicara.

Saling memaafkan ternyata memang tak semudah seperti yang diucapkan. Perlu keberanian dalam mengucapkan dan mengakui di dalam hati. Juga perlu keikhlasan dan ketulusan. Permintaan maaf saya melalui pesan whatsapp yang tak pernah dibalas membuat saya merasa diabaikan dan bertanya-tanya.

Saat itu, saya memang tidak jadi datang ke kegiatan yang diketuainya. Saat itu saya sebenarnya sedang dalam perjalanan kesana dan telat. Merasa dekat, saya japri apakah kegiatan masih berlangsung. Sayangnya, pesan tidak pernah dibalas sampai kapanpun. Saat bertemu keesokan harinya, wajah tidak bersahabat selalu ditunjukkannya.

Saya bingung, haruskah saya minta ulang sekali lagi secara langsung  karena dia lebih senior? Namun, bukankah senior juga tak langsung berubah sikap menjadi sinis dan mencap seseorang tak komitmen dan merasa benar? Yang jelas, sejak saat itu suasana pertemanan berubah.

Pernah saya bertanya-tanya, begitu bersalahkah saya? Kenapa dia begitu? Apakah hanya karena tidak jadi datang membuat dia begitu marah? Kenapa hal yang seperti ini kemudian membuat pertemanan menjadi tak nyaman? Semua ini  muncul di kepala dalam rentang waktu lama, terlebih setiap kali melihat senior yang kini sudah berubah sikap.

Menurut teman, sikap senior memang begitu. Semua yang tidak berjalan sesuai dengan yang telah ditentukan akan membuatnya tidak suka. "Aku pun digituin sama dia. Wajahnya biasanya langsung cemberut kalau melihat aku," kata teman.

Setelah berlarut-larut mengganggu pikiran, saya memutuskan untuk memaafkan dia. Dalam doa, saya juga minta hatinya dilembutkan. Pun saya yang dianggap bersalah dan memang demikian, juga tak merasa benar dan perlu memperbaiki diri. Saya tak ingin ada pertemanan yang mengganjal, namun ternyata memberi dan meminta maaf juga membutuhkan keberanian dan pengakuan. 

Saling memaafkan di hari fitri (dok.windhu)
Saling memaafkan di hari fitri (dok.windhu)

Batas Memberi dan Meminta Maaf

Kesalahan yang diperbuat seseorang, apapun bentuknya, tetap layak untuk dimaafkan dan direlakan. Menyimpan ketidaksukaan bahkan dendam sangatlah tidak baik. Bukan cuma melelahkan tapi bisa membuat gangguan kesehatan juga.

Namun, bukan berarti kemudian segala kesalahan pantas untuk dilupakan meski maaf sudah diberikan. Maksudnya, untuk kasus-kasus tertentu yang membawa orang hingga pada penghinaan, penganiayaan, penipuan, atau hal-hal yang dibawa ke jalur hukum, tetaplah harus diproses sesuai dengan ketentuan.    

Banyak kesalahan yang terjadi berujung tidak baik, seperti halnya apa yang saya alami, akibat kurangnya komunikasi. Meski maaf merupakan satu kata sederhana, tidak jarang sangat sulit untuk diberikan, pun diucapkan.

Seringkali  muncul pertanyaan seperti,"Untuk apa saya memaafkan dia? Memangnya  jika dimaafkan, dia bisa berubah?  Dia juga belum tentu  sadar telah berbuat salah?  Kasih maaf begitu saja, ih  dia pernah  dan ingat minta maaf juga tidak?

Memaafkan bukanlah hal yang mudah. Terlebih jika terjadi peristiwa menyakitkan oleh orang dekat, orang yang dicintai, atau orang yang dipercaya. Namun, jika tidak dimaafkan bukankah berarti  kita justru memusatkan amarah tidak tepat ?

Selain menghukum orang lain dengan tidak memaafkan belum tentu benar, bukankah justru bisa memberi pengaruh tidak baik pada diri sendiri yang tak mampu atau berat dalam memaafkan? Bisa jadi, seseorang melakukan kesalahan karena ketidaksengajaan, sementara kita bersikap sangat sulit menerima dan memaafkan?

Saling memaafkan (dok.windhu)
Saling memaafkan (dok.windhu)

Memberi dan Meminta Maaf, Sebenarnya Untuk Kebahagiaan Diri

Jika dipikir lebih jauh, memberi maaf sebenarnya bukan untuk mereka yang  telah melakukan kesalahan, membuat luka, atau menyakitkan hati. Orang-orang itu bisa jadi tetaplah tidak layak diberi maaf. Namun, kita juga berhak untuk lebih bahagia, hidup dengan lebih tenang, nyaman, dan damai. Tidak berada dalam keadaan hati yang mengganjal.

Sementara, meminta maaf merupakan bentuk keberanian mengakui diri juga mempunyai kesalahan. Suatu bentuk kedewasaan dan kebijaksanaan diri dan mampu melepaskan sikap kekanak-kanakan telah menilai seseorang belum tentu benar.

Sebuah pengakuan dalam diri bahwa tidak ada manusia yang benar-benar sempurna. Manusia yang punya kelapangan dan kerendahan hati terhadap sesamanya.

Idul Fitri, Momen Untuk Saling Memaafkan

Begitu pentingnya saling memaafkan, agama mengajarkannya. Allah menyukai orang yang mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain.Kenyataannya, memang manusia tidak pernah luput dari kesalahan yang bisa memicu kemarahan orang lain.

Menurut Frederic Luskin PhD, Director Stanford University Forgiveness Projects, Kalifornia, Amerika Serikat (AS), memaafkan memiliki manfaat kesehatan mental dan fisik. Selain itu, memaafkan juga bisa dipelajari.

Saling memaafkan mampu meruntuhkan sekat yang membatasi di antara mereka yang berseteru. Lebaran atau Idul Fitri, merupakan momen yang paling tepat untuk bisa saling memaafkan. Saling meruntuhkan ego yang kerap jadi penghalang.

Pada intinya, sekali lagi, tidak ada manusia yang sempurna.Setiap manusia bisa berbuat kesalahan, baik disengaja maupun tidak sengaja. Namun di sisi lain, setiap manusia juga mampu untuk meminta maaf dan memberikan maaf kepada orang yang telah melakukan kesalahan.

Bukankah sebagai manusia, kita pun pernah melakukan kesalahan dan ada saja orang yang memberikan maafnya? Tuhan pun Maha Pemaaf, kanapa kita sulit untuk memberi maaf.

 Ah ya, saya pun pernah dimaafkan orang. Saling memaafkan mampu memunculkan energi positif. Selain, juga melepaskan belenggu emosi dan energi negatif.

Karena itu, terkait hari raya Idul Fitri 1444 H, saya pun ingin mengucapkan Selamat Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin.

---Jakartadhu290423---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun