Membawa setangkup rindu, menyimpan degup bahagia, sambil mendekap tas di dada, debar semakin terasa ketika perjalanan mendekati kampung halaman. Deretan sawah padi, rumah-rumah, pepohonan, warung, dan seliweran sepeda ontel yang dikayuh, berkelebat dari balik jendela kendaraan umum yang ditumpangi.
Patung Jendral Ahmad Yani masih di sana. Kampung halaman selalu membuka memori yang terpendam. Ingatan yang tak lekang oleh waktu. Serasa memanggil-manggil pulang untuk mengingat kembali peristiwa dan waktu telah berlalu. Kenangan-kenangan yang tertumpuk selama bertahun-tahun menyembul berganti-ganti di kepala.
Peluk Hangat, Maaf, dan Doa
Hal yang paling indah adalah saat baru tiba di rumah kampung halaman. Bentangan tangan lebar dari orang-orang tua berambut putih yang tersenyum lebar, terasa begitu hangat. Pelukan pelepas rindu. Cium hangat di pipi dan kening yang mengharukan.
Rangkulan di pundak seraya menuntun langkah kaki masuk ke dalam rumah yang sederhana. Permintaan maaf dan doa-doa yang berhamburan saat hari raya tiba dan diakhiri dengan canda gelak tawa.
Hingga kapanpun, kenangan itu akan selalu tersimpan lekat. Kala itu, Suatu hal yang pernah terjadi tak mungkin kembali lagi. Kini, perlahan tapi pasti perubahan tak bisa dihindari. Orang-orang tua berganti masa. Pulang melepas rindu pun termasuk menyambangi batu-batu nisan di pemakaman ujung desa.
Rumah Masa Lalu, Rumah Tua Masa KiniÂ
Sejak dulu, lebaran menjadi momen pertemuan keluarga yang terpisah jarak dan waktu. Mereka yang berada di tanah rantau kembali untuk bersama sejenak. Tak ada pergeseran makna hingga kini. Reuni hati yang tertunda. Pertemuan secara fisik terasa lebih syahdu. Melebihi kecanggihan digital dan mahalnya gadget yang dimiliki.
Rumah tempat berkumpul di masa lalu, saat kakek dan nenek masih ada kini telah sepi. Hanya kenangan. Secara perlahan tapi pasti, rumah tua sederhana itu meski tetap berdiri mulai terkikis oleh usia. Bapak pun telah berpulang. Lokasi bertemu saat hari raya berpindah pada generasi yang dulu muda tapi kini menjadi generasi sepuh.
Dawet Ireng dan Kupat Tahu
Ketupat, sayur labu siam kacang panjang, rendang, semur, sambal goreng ati dan kentang, kerupuk dan emping sejak dulu tak berubah. Menu tetap sama. Perubahan hanya ada pada pembuatnya. Rasa berbeda hasil olahan hanya dari pembuatnya meski resepnya sama. Bisa lebih enak, bisa juga standar rasanya.
Namun mengingat yang dirindukan dari kampung halaman adalah kuliner. Hal yang tak pernah terlupakan setiap pulang, selalu mampir ke pasar Baledono dan mencari jajanan. Sepiring kupat tahu dan dawet ireng menjadi incaran selalu.Â