Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Peyek, Risoles Mayo, dan Ling Ling

9 April 2023   16:28 Diperbarui: 9 April 2023   16:36 837
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan ini pun begitu. Siang hari sekitar pukul 13.00, dia mulai mendatangi satu per satu rumah. “Ibu..., Ibu...,” panggilnya. Dia ada di depan pintu pagar menunggu. Aku langsung menyergah ibu yang akan menghampiri. “Peyek yang kemarin masih ada belum habis dimakan. Nggak usah beli lagi,” kataku pada ibu.   

Ibu mengangguk.”Peyeknya masih ada, Ling. Nggak beli dulu,” kata Ibu. Ling Ling masih tetap berdiri. “Ibu mau pesan kue-kue basah buat buka puasa, nggak?” tanyanya.

Peyek dan peyek (dok.windhu) 
Peyek dan peyek (dok.windhu) 

Aku perhatikan, perempuan itu hanya membawa catatan. Tidak membawa keranjang berisi makanan di tangan kiri dan tangan kanannya. Ling Ling menawarkan kalau mau membali kue-kue basah, dia akan mencarikannya dan mengantarkan ke rumah sebelum waktu berbuka puasa.

Ling Ling pun berlalu. Tiba-tiba saja aku menganggumi strateginya berjualan. Kegigihannya untuk mendapatkan nafkah untuk diri dan keluarganya. Ibu bercerita, Ling Ling bilang kalau dari setiap bungkus peyek yang dijual Rp.7.000, keuntungan yang diambilnya sebesar Rp.1000.  Jadi, kalau terjual beberapa bungkus peyek, Ling Ling sudah senang. Sudah tenang karena sudah ada uang yang cukup untuk membeli beras.

Peyek-peyek yang dijualnya diambil dari seorang nenek yang membuat dan menggorengnya sendiri.

 “Maaf bu, datangnya . Itu, yang bikin peyek sudah nenek-nenek. Jadi lama deh,”pernah kudengar kata Ling Ling suatu waktu pada ibu.

Aku memandang ibu. “Dia sudah biasa dibeli jualannya. Nggak tega juga kalau ada yang dibeli. Apalagi sekarang bulan puasa,” kata Ibu.

“Emangnya, Ling Ling Puasa?” tanyaku. Ibu langsung menjawab kalau Ling Ling beragama Islam dan juga berpuasa dari dulu. Sejak ibu mengenalnya mulai berkeliling komplek perumahan sambil mendorong sebuah gerobak seadanya dan membawa kue-kue untuk dijual. Saat itu, anaknya diletakkan di atas gerobak sambil ibunya berjualan. Sekarang anak-anak Ling Ling sudah besar. Bahkan, sudah ada yang tamat SMA meski Ling Ling tetap berjualan dengan cara dan hal yang sama.

“Ling Ling itu dulu waktu anaknya masih kecil ditaruh di atas gerobak yang didorong, terus keliling-keliling jualan kue,”kata ibu.

Aku terdiam. Dari halaman rumahku yang posisinya agak tinggi, aku masih melihat Ling Ling menawarkan dagangannya ke tetangga-tetangga. Tangan kiri dan tangan kanannya membawa dua kantung plastik besar. Nada suaranya yang ceria saat menawarkan terdengar.Sebuah kegigihan hidup seorang perempuan. Tubuh Ling Ling yang menua terlihat dari belakang. Jalannya tampak sudah tak seimbang. Mungkin karena beban barang jualan yang sering dibawanya di satu sisi tubuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun