Hari Minggu, mulai pukul 7.15 hingga pukul 22.00 diadakan kegiatan keagamaan. Seperti pagi itu, penganut agama Sikh baik lelaki dan perempuan terlihat bergantian memasuki ruangan tempat kitab suci agama Sikh diletakkan.
Mereka bersujud datang memberi penghormatan di depan kitab suci setebal 1420 halaman yang bernama Guru Granth Saheb. Kitab berisi wahyu dari Tuhan yang diturukan sebagai pedoman umat manusia dari sepuluh utusan guru.
Saat kami datang, seorang penganut terlihat sedang membaca kitab suci menggunakan bahasa Punjab, India itu dengan khusyu. Menurut Man Mohan Singh dari Sikh Temple pasar Baru, sikhisme berarti pengikut atau pembelajar.Â
Agama Sikh beraliran Sikhisme, aliran yang percaya pada satu Tuhan. Tidak ada kasta. Sikh sendiri artinya belajar. Pada KTP, penganut agama Sikh tertera Hindu.
Itulah perbedaan dengan agama Islam meski penampilan penganut Sikh juga berjanggut dan berjubah. Selain itu, penganut Sikh vegetarian yang tidak makan daging, telor dan tidak merokok.
Setelah beribadah, aneka hidangan antara lain roti chanai dan kacang hijau disediakan untuk seluruh pengunjung. Kegiatan yang disebut Guru Kalanggar ini mengajarkan kebersamaan dan kesetaraan. Hmm, kami mencicipi sajian teh tarik Kuil. Sikh.Â
Pesona Kelenteng 5 Abad Sin Tek BioÂ
Melewati gang sempit dengan lebar hanya satu meteran, langkah kaki harus hati-hati. Ada sejumlah air menggenang di jalan setapak yang tak rata.
Letaknya di Gang Kelinci yang ada di samping resto Bakmi Kelinci.
Gang yang padat dengan pedagang. Warung Bakmi Aboen menjadi penunjuk menuju Kelenteng Sin Têk Bio karena tinggal lurus saja.Â
Tulisan Kelenteng Sin Têk Bio (Vihara Dharma Jaya) berlatar kuning yang saling berhadapan ada di sudut gang.Â