Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Rethinking Trip Purwakarta, Merangkai Cerita Indah dari Produk Kuliner UMKM Destinasi Wisata

3 Oktober 2022   17:00 Diperbarui: 3 Oktober 2022   18:03 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susi, pemilik minuman tradisional herblasssusi (dok.windhu)

Dengan slogan Purwakarta Istimewa, salah satu kabupaten terkecil di Provinsi Jawa Barat ini telah bersalin rupa menjadi destinasi wisata yang menawarkan beragam pilihan. Namun, pandemi covid-19 memberi dampak pada turunnya jumlah wisatawan dan mempengaruhi sektor ekonomi. Bangkit setelah pandemi melalui pariwisata yang berkelanjutan, tangguh, dan menempatkan manusia sebagai subyek. 

"Rethinking Trip Purwakarta". Pengumuman terbuka di instagram komunitas traveler kompasiana (koteka) begitu menggoda untuk diikuti. Inilah untuk pertama kalinya komunitas  di Kompasiana mengadakan trip ke luar daerah pasca pandemi. Rindu jalan-jalan pun membuncah.

Terbayang menyenangkan lantaran menyebutkan sejumlah destinasi wisata kunjungan. Sebuah trip kolaborasi dengan warga kota (Kompasiana Purwakarta), yang  didukung Bidang Pariwisata (Bidpar) Disporaparbud Kabupaten Purwakarta.

Buat saya, bisa dibilang pucuk dicinta ulam pun tiba. Beberapa bulan sebelumnya, Mira sempat mengajak untuk berkunjung ke Purwakarta, kabupaten tempatnya bekerja. "Disana banyak sekali tempat yang bisa dikunjungi. Ada festival dan wisata alamnya bagus," katanya berpromosi saat bertemu di Jakarta.

Rethinking Trip Purwakarta dengan Koteka dan warga kota (dokpri) 
Rethinking Trip Purwakarta dengan Koteka dan warga kota (dokpri) 

Saya dan Denik pun tertarik meski akhirnya baru kesampaian saat "Rethinking Trip Purwakarta" Koteka Trip 2022.

Wohoo, dua setengah tahun terbatasi ruang gerak karena Jakarta menerapkan berbagai level Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan  Masyarakat (PPKM), siapakah yang tak ingin berpergian melihat tempat wisata di luar Jakarta?

Terlebih selama pandemi, sejumlah destinasi wisata memang benar-benar ditutup untuk mencegah meluasnya peredaran virus corona sehingga membuat sektor pariwisata di berbagai daerah mendapatkan pukulan telak dan lumpuh. 

Seiring meredanya pandemi dan mulai dibukanya destinasi wisata di berbagai daerah, inilah saatnya untuk mulai berwisata.

Bertemu di UKI Jakarta sebelum trip pertama ke luar kota dengan Koteka (dok.windhu) 
Bertemu di UKI Jakarta sebelum trip pertama ke luar kota dengan Koteka (dok.windhu) 

Banyaknya Destinasi Wisata Purwakarta

Maka, Sabtu 24 September 2022 sebelum pukul 7.00 WIB, bersama teman-teman Koteka yang ikut serta dalam Koteka Trip Purwakarta Istimewa, saya sudah berada di halte UKI, Jakarta. 

Sebuah elf sudah tersedia untuk mengantar kami berempat belas ke Purwakarta dengan mengambil rute jalur untuk ke Purwakarta melalui tol Jatiluhur.

Tentunya, setelah sempat mampir di rest area 72, sekitar dua jam-an akhirnya sampai Purwakarta. 

Kami tiba di kabupaten yang saat ini dipimpin oleh satu-satunya perempuan yang pernah menjadi bupati di Purwakarta, yakni ambu Anne Ratna Mustika. Ah, selalu kagum dengan perempuan yang mampu menebar inspirasi.


Di gedung Disporaparbud, Kabid Bidang Pariwisata Disporaparbud Purwakarta, Acep Yuli Mulya menerima kehadiran dengan hangat. Sejumlah perwakilan UMKM sudah datang, yakni @momdifood dengan snack boxnya, @anyelircake_Purwakarta dengan kue tradisional dan modernnya, @perpusdes_sumurugul dengan teh kemasan asli sumurugul, @pastel kering_mini dengan pastel mini kemasan, minuman tradisional @herblasssusi dan @nogakacang.ciganea dengan noga kacang kemasan.

Pariwisata dan UMKM memang tak bisa dipisahkan.

Pariwisata merupakan salah satu pendukung ekonomi masyarakat, termasuk UMKM, yang selalu diandalkan Indonesia. 

Saat pertemuan, Kabid Bidang Pariwisata Disporaparbud Purwakarta, Acep Yuli Mulya memang mengakui terjadinya penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Purwakarta karena pandemi. Tentu saja ini juga berimbas pada sektor ekonomi.

Dalam berbagai pemberitaan media massa, sebagai upaya pemulihan ekonomi, Bupati Purwakarta Ambu Anne Ratna Mustika menyampaikan sudah menyiapkan strategi pemulihan ekonomi di Purwakarta melalui pengembangan wisata alam dan wisata kuliner.

Diterima Kabid Pariwisata Disporaparbud Purwakarta dan bertemu beberapa UMKM Purwakarta (dok.windhu) 
Diterima Kabid Pariwisata Disporaparbud Purwakarta dan bertemu beberapa UMKM Purwakarta (dok.windhu) 

Nah saat  menerima "Purwakarta Tourism Map" yang dibagikan bersamaan dengan leaflet dan booklet mengenai pariwisata di Purwakarta kepada peserta Rethinking Trip Purwakarta, terpampang Purwakarta memiliki sebanyak 69 destinasi wisata.

Beragam pilihan destinasi wisata  itu tersebar di berbagai titik kota hingga ke pelosok desa.

Terperangah. Sebanyak itu? Adakah yang baru tahu seperti saya? ternyata banyak sekali jumlah destinasi  wisata di Purwakarta yang bisa dikunjungi.

Hal ini sesuai rasanya dengan slogan Purwakarta Istimewa yang didengungkan beberapa tahun terakhir. 

Mau kemana kita di Purwakarta? (dok.windhu) 
Mau kemana kita di Purwakarta? (dok.windhu) 

Kabupaten ini memang kaya dengan destinasi wisata, mulai dari  wisata alam, wisata edukasi, wisata sejarah, wisata kuliner, hingga wisata religi. 

Wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, jika ingin mengunjungi satu demi satu destinasi wisata, tentu tak akan cukup waktu satu hari.

Namun memulainya dengan  one day trip (ODT) alias perjalanan satu hari perjalanan pulang pergi sudah merupakan langkah bijak usai pandemi. Seperti halnya, "Rethinking Trip Purwakarta" bersama koteka dan warga kota.

Mengapa Rethinking Trip? Apa artinya? Pertanyaan itu muncul begitu saja. Mengartikan rethinking dengan memikirkan kembali, pandangan orang atau kelompok dalam melihat peluang dan persoalan yang terjadi pun terbuka. Setidaknya, juga bagi saya dan teman+teman trip. 

Kegiatan berwisata pasca pandemi meski untuk  kali ini dalam bentuk perjalanan pulang pergi (trip) memang tak akan sama seperti dulu. 

Namun, upaya memulihkan kembali dunia pariwisata ini serasa sejalan dengan tema perayaan Hari Pariwisata sedunia 2022  yang ditetapkan UN World Tourism Organization (UNWTO) , yakni "Rethinking Tourism". 

Rethinking tourism pasca pandemi (dok.windhu) 
Rethinking tourism pasca pandemi (dok.windhu) 

Mengambil momentum hari pariwisata sedunia pada tanggal 27 September 2022, menandai sudah saatnya bagi industri pariwisata di Indonesia, khususnya di Purwakarta untuk bangkit pasca pandemi. 

Pariwisata yang menempatkan manusia dan alam sebagai subyek yang harus diperhitungkan. Wisata kuliner tentu termasuk di dalamnya

Saat melihat berbagai produk UMKM  yang diterima peserta trip mulai kue-kue dalam kotak dari momdifood dan anyelir cake, pastel kering mini kemasan, teh sumurugul kemasan, noga kacang kemasan Ciganea, dan minuman kunyit asem botolan herblasssusi, hal ini seakan menegaskan sudah siapnya Purwakarta menyambut kunjungan para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Tentu saja, sudah saatnya Purwakarta mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisawan seperti tahun-tahun sebelum masa pandemi covid-19 datang.

Purwakarta yang punya beragam destinasi wisata, aneka kuliner yang dimiliki, dan kearifan lokal yang tertanam, akan menjadi nilai pemikat bagi para wisatawan.

Kemasan Apik dan Tembus Ekspor

Lihat saja pastel kering mini (Pasmini) asal Purwakarta yang ternyata mampu ekspor alias menembus pasar berbagai negara dan sering dilliput media.

Cucu, produsen Pasmini, yang salah satu bahN isi pastelnya berasal dari waduk Jatiluhur (dok.windhu) 
Cucu, produsen Pasmini, yang salah satu bahN isi pastelnya berasal dari waduk Jatiluhur (dok.windhu) 

Menurut  Cucu Nengsih selaku pelaku usaha pastel kering mini,  produk pastel berukuran mini dihadirkan dengan berbagai rasa mulai dari abon ayam, abon sapi, ebi, dan cokelat.

Salah satu bahan bakunya berasal dari Waduk Jatiluhur yang merupakan  salah satu destinasi wisata alam di Purwakarta.

Kemasan Pasmini memang cukup menarik dilihat mata. Pastelnya yang mungil pas dikunyah dalam mulut. Saat mencobanya, pastel yang gurih dan abon yang enak karena dibuat dari ikan asli.

Satu kemasan sekitar 107 gram itu terasa kurang,
Berbenah dengan kemasan. Produsen Pasmini melakukannya dan memberikan hasil yang positf. 

Noga Kacang Ciganea awalnya hanya dibungkus plastik sederhana (dok.windhu) 
Noga Kacang Ciganea awalnya hanya dibungkus plastik sederhana (dok.windhu) 

Hal inilah yang juga disampaikan Memi Meyhonk, pelaku UMKM noga kacang Ciganea. Semula, noga kacang yang dibuat dari bahan kacang dan gula itu dipasarkan hanya dalam kemasan plastik sederhana melalui warung-warung.

Tak diduga, peminatnya banyak.  Memikirkan ulang kemasan pun dilakukan.

Dengan menampilkan noga kacang dalam kemasan yang layak dan tak lagi sederhana hanya dibungkus plastik putih, noga kacang kemasan bisa dijual dengan harga lebih tinggi. 

Selain lebih catchy, lebih mudah dipasarkan sebagai oleh-oleh wisata. Manis menyentuh lidah dan renyah saat dikunyah dalam mulut. Suka!

Susi, pemilik minuman tradisional herblasssusi (dok.windhu)
Susi, pemilik minuman tradisional herblasssusi (dok.windhu)

Menghadirkan minuman tradisional jamu dalam kemasan praktis dan mudah dibawa juga dilakukan oleh herblasssusi. 

Minuman tradisional dari bahan alami yang biasanya hanya diminum begitu saja dari gelas yang disajikan mbakyu jamu gendong menginspirasinya untuk mewujudkan dalam bentuk kemasan.

Dalam bentuk botolan yang tersegel dan diberi label merek, kunyit asam botolan produksinya menjadi salah satu unggulan Purwakarta. 

Saat meminumnya, segar rasa kunyit asam dingin yang berwarna kuning itu menyentuh tenggorokan. Salah satu minuman favorit, terutama saat tamu bulanan datang.

Pentingnya memperhatikan kemasan, juga sudah dipertimbangkan baik-baik oleh anyelir cake purwakarta, usaha toko kue yang sudah melegenda di Purwakarta,yang tampil dengan dominan warna ungu. 

Anyelir memproduksi berbagai kue  hingga penganan juga disediakan, hingga makanan tradisional.Misalnya saja, kue talam ubi yang terbuat dari tepung beras dan ubi. 

Atau, surandil yakni makanan tradisional yang terbuat dari singkong, diberi warni-warni, dan bertabur kelapa parut yang rasanya manis. 

Sementara kue-kue produksi momdifood yang disajikan dalam kotak kue, agaknya cocok untuk berbagai kegiatan di Purwakarta. 

Produk kuliner UMKM (dok.ana) 
Produk kuliner UMKM (dok.ana) 

Pemulihan pariwisata dengan memperhatikan dan mendorong percepatan produk dalam negeri dan/atau produk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Koperasi pada masing-masing daerah untuk tayang dalam Katalog Lokal atau Toko Daring ini ada di dalam Instruksi Presiden (Inpres) Joko Widodo nomor 2 tahun 2022 tentang Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

Bangga dengan buatan dalam negeri dibandingkan dengan produk impor.

Produk-produk dalam negeri, terutama karya beragam para UMKM dapat meningkatkan pendapatan dan memulihkan perekonomian berkat kunjungan pariwisata. Purwakarta telah memulainya dengan menerapkan sesuai dengan kondisi wilayahnya.

Selain itu, peran pokdarwis, sektor UMKM, dan pengelola wisata menurut Mochamad Arifin, Ketua Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kabupaten Purwakarta sangat besar untuk pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif.Kuncinya pada inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.

Pandemi covid-19 memang memberikan pukulan telak. Namun pandemi juga membuka sudut pandang baru dalam memberikan memulihkan kepariwisataan. 

Selain mengedapankan protokol kesehatan yang ketat dan disiplin, kolaborasi para penglola wisata menjadi sangat penting

Pengembangan pariwisata yang tidak semata dilihat dari kacamata internasional sas, melainkan dapat juga melalui wisata lokal, dengan kemasan pariwisata bersakala desa. 

Selain itu, inovasi dengan menggunakan teknologi digital tak kalah penting. Baik untuk pemasaran online usaha seeperti UMKM, hingga dalam wisata edukasi dan sejarah seperti di museum!

Kuliner Maranggi di Purwakarta (dok.windhu) 
Kuliner Maranggi di Purwakarta (dok.windhu) 

Inilah yang saya temui saat mengunjungi beberapa museum di Purwakarta! Ya, tentunya selain menikmati wisata alam dan mencicipi kuliner khas Purwakarta yang ternyata 'nagih' .

Terutama, kuliner unggulan Purwakarta, yakni Sate Maranggi. Semuanya tertulis dalam artikel ke-2 Rethinking Trip Purwakarta untuk merangkai cerita indah sejuta pesona destinasi wisata yang dimiliki Kabupaten Purwakarta.

#AyoMainKe Purwakarta

----Jakarta, dhu011022----

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun