Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serunya "Eksplorasi Tanpa Batas" bersama Komunitas di Kursor

25 Juni 2022   00:10 Diperbarui: 25 Juni 2022   00:12 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kursor (tangkap layar kompasiana0

Beginilah asyiknya kalau bisa kumpul sore-sore  bersama teman-teman yang sudah lama nggak berjumpa. Perkenalan yang selalu diawali dari saling menyapa di kolom komentar artikel, lalu dilanjutkan dengan ikutan dalam sebuah event yang diadakan selalu seru dan bikin kangen!

Ya, bukan kompasianer namanya, kalau saat temu kangen tidak berjabat tangan, cipika-cipiki, ngobrol, bercanda, ataupun berfoto-foto berulang kali dengan berbagai gaya. Nggak ada sok senior dan lupakan jaim namun tetap saling menghargai. Ups, tetap pakai masker dan perhatikan protokol kesehatan, kok!

Dua tahun tidak ada kegiatan offline akibat pandemi covid-19, KURSOR (Kumpul Komunitas Sore-Sore) di The H Tower, Jakarta Selatan, Jumat  10 Juni 2022, bagaikan pelepas rindu. Memang tidak banyak seperti biasa, hanya 30 orang perwakilan dari komunitas yang ada di Kompasiana.

COO Kompasiana Nurulloh mengatakan, KURSOR bertema Eksplorasi Tanpa Batas merupakan Kick Off untuk kegiatan offline Kompasiana lainnya. Hal ini tentunya seiring dengan sudah diperbolehkannya aktivitas luar ruang oleh pemerintah. Kegiatan ini juga ditayangkan melalui youtube Kompasiana.

kursor (dok.windhu)
kursor (dok.windhu)

Silahturahmi Sekaligus Curhat

Selama dua tahun pandemi,mau tak mau tentu ada yang berubah. Seperti halnya cara berinteraksi, program yang ada di Kompasiana, bertambahnya para penulis artikel, hingga jumlah komunitas yang ada. Yups, sesuai dalam bahasan agenda KURSOR Eksplorasi Tanpa Batas, yakni Kategori baru di Kompasiana, Community Group Channel dan NFT (Narasi, Fakta, Terakurasi) Harian Kompas.

Kesempatan memperkenalkan diri sekaligus menyampaikan keluhan yang tak disia-siakan para kompasianer saat menyebutkan nama satu per satu dengan menyebutkan nama dan tahun bergabung di Kompasiana.

Paling senior yang membuat artikel di Kompasiana adalah mbak Yayat di tahun 2009, kemudian mbak Muthiah pada tahun 2010, hingga yang baru membuat akun pada tahun 2020 seperti ibu Siska. Selebihnya ada yang punya akun lebih dari sekali karena diblokir Kompasiana atau mendapatkan 'surat cinta' karena dianggap melanggar ketentuan.

Temu kangen yang seru. Ada yang jauh-jauh datang dari Purwakarta seperti Mira Habibah dan rekannya.Ada yang cari mantu sampai cari teman, semua duduk bersama dalam ruangan.

Beragam alasan Kompasianer membuat akun di Kompasiana, dari mengisi waktu setelah pensiun, menyalurkan hobi, hingga mengerjakan tugas sekolah/kuliah. Nah yang disebut terakhir inilah yang menjadi bahasan awal KURSOR.

Laman New World (tangkap layar Kompasiana)
Laman New World (tangkap layar Kompasiana)

 Kategori/ Program Baru di kompasiana 

Selama beberapa tahun belakangan ini, tepatnya masa pandemi, ada yang pernah bertanya-tanya melihat banyaknya tugas sekolah dan kuliah membanjiri Kompasiana? Kalau ya, berarti sama. Nggak cuma saya, ada teman yang bilang Kompasiana jadi seperti punyanya anak kampus.

Head of content Kompasiana Widha Karina menyampaikan dua kategori yang terbaru di Kompasina, yakni kategori New world (Cryptocurrency, Metaverse, NFT) dan program Klasmiting, yang sebenarnya merupakan bagian dari kategori ruang kelas.

New World yakni Kategori bagi konten yang mengulas tentang teknologi metaverse, blockchain, dan ruang digital futuristis.Ini tren yang harus diikuti seiring dengan pesatnya digitalisasi agar tak tertinggal. Sementara Klasmiting adalah ajang kompetisi antar-pelajar dan tenaga pengajar membuat konten dan nikmati konten berkualitas.

Menurut Widha, selama dua tahun masa pandemi yang diisi dengan pembelajaran online, banyak sekolah/kampus yang memanfaatkan laman Kompasiana untuk menulis artikel berupa materi pelajaran maupun mengerjakan tugas sekolah/kampus. Jumlahnya membanjiri dan kalau diperhatikan, label populer di Kompasiana juga dari Ruang Kelas.  

Banyak permintaan mengenai artikel mengenai tema terkait sekolah/kampus . Demikian juga dengan produksi artikel yang dihasilkan pun tinggi. Terdata, penayangan konten 5000 per bulan tugas sekolah dari kampsu lebih dari 100 sekolah/kampus yang sudah bikin konten.

Kursor (tangkap layar kompasiana0
Kursor (tangkap layar kompasiana0

Sayangnya, kompasiana pernah mendapatkan komplain karena isinya merupakan generasi muda yang dinilai nggak bisa nulis dan seringkali melanggar ketentuan karena kompasiana.

Sesuai ketentuan, kompasiana hanya bisa mengakomodasi sekitar 25 % kutipan agar tidak dianggap plagiat. Jika tidak, bisa seperti mbak Sri Patmi, salah satu anggota komunitas yang hadir saat itu, yang akunnya diblokir karena terindikasi plagiat karena ketidaktahuan saat mengerjakan tugas kampus dengan kutipan.

Meski demikian, hal ini dianggap sebagai indikasi yang baik karena rata-rata yang menulis adalah generasi Z, yang semangatnya harus diberi ruang dan bukan dibunuh. Bibit yang kelak bisa bertumbuh untuk menjadi penulis artikel andal. Karena itu, kompasiana mencoba untuk mengumpulkan artikel-artikel ini dalam kategori Ruang Kelas agar tidak mengganggu penulis yang lain.

Sehingga, terjadi simbiosis mutualisme antara siswa/mahasiswa yang menulis dan yang ingin mencarinya. Guru dan dosen-dosennya pun ikut  menulis. Temanya sangat anak sekolah, seperti Sekolah Swasta atau Negeri, bagusan mana?

Adanya tambahan program Klasmiting, yang mengingatkan pada kompetisi di sekolah usai ujian akhir semester (UAS) memungkinkan para siswa /mahasiswa S1 untuk belajar, berbagi ilmu, asah ketrampilan, dan berkompetisi. Bahkan, ada siswa SD yang rutin menuliskan pengalamannya berenang.  

Jadi, adanya kategori ruang kelas ini, terutama Klasmiting yang bisa menghasilkan uang saku karena berkompetisi sayang dilewatkan. Nah, kalau ada anak,keponkanan cucu, saudara yang usia sekolah hingga kampus maksimal S1 bisa ikutan memanfaatkannya dengan ikut meramaikan menulis.

Laman Klasmiting (tangkap layar dari Kompasiana)
Laman Klasmiting (tangkap layar dari Kompasiana)

Community Group Channel 

Selain kategori dan program yang ada di Kompasiana, hal yang nggak kalah menarik dibahas adalah mengenai Community Group Channel. Hayo, ada yang tahu berapa jumlah komunitas yang ada di Kompasiana? Hoho, jumlahnya sampai 50-an komunitas lho!

Misalnya, ada Komik, KPK, Ladiesiana, Ketapels, Click, Koteka, Vlomaya, dan lainnya. Saat Seliara yang duduk tak jauh dari saya bilang baru tahu ada banyak sekali komunitas di Kompasiana, saya jadi teringat saat awal menulis di Kompasiana. Dulu pun tidak tahu kalau nonton film yang saya ikuti merupakan kegiatan komunitas Komik (pecinta film di Kompasiana).

Kevin Anandika, Community Lead Kompasiana mengatakan, sampai sekarang banyak kompasianer baru yang masih bingung mencari komunitas di kompasiana. Banyak yang tidak mengetahui jika terdapat lima puluhan komunitas di kompasiana sejak tahun 2015, meski ada yang saat ini vakum.

Banyak juga kompasianer baru yang kesulitan untuk bergabung dengan komunitas di kompasiana karena tidak adanya indeks komunitas yang menempelkan deretan komunitas yang ada di Kompasiana. Selain itu, mereka juga kesulitan untuk bergabung dalam acara-acara yang diselenggarakan oleh komunitas.

Hal ini tentu saja berimbas pada pertumbuhan, variasi acara, dan pertambahan jumlah member komunitas yang mengalami stagnansi. Apalagi, ada kejenuhan dunia virtual. Antuasiasme yang dulunya tinggi sangat menurun drastis.

Untuk itu, aktivasi kembali komunitas yang sudah lama vakum dengan kegiatan pun dilakukan. Komunitas vakum sangat disayangkan. Misalnya saja, komunitas pecinta olahraga (koprol) karena penulis artikel olahraga dan pembacanya di Kompasiana terhitung banyak.

Bagaimana terbentuknya komunitas di Kompasiana? Ada beberapa hal, yakni trigger by Kompasiana (Kompasiana mengadakan sebuah event di kota tertentu), organik (kompasianer beriniasiasi kumpul bersama dengan yang satu minat dan regional, peserta yang hadir akan bersepakat dan mendeklarasikan komunitas tersebut, dan pengelola komunitas menginformasikan komunitas yang terbentuk.

Untuk itulah, maka perlu diadakan Community Group Channel. Tujuannya agar value komunitas meningkat (semakin baik dan mendapatkan benefit lain),komunitas yang variatif (jumlah komunitas bertumbuh dan variatif), member komunitas bertambah (publik non komunitas bisa bergabung komunitas yang sesuai), event yang semakin variatif (komunitas bisa saling belajar membuat event yang variatif), eksistensi komunitas (komunitas semakin dikenal publik).

Dengan adanya Community/Group Page di Kompasiana, komunitas dapat membuat sebuah halaman yang menjadi rumah virtual untuk suatu komunitas. Selain itu memungkinkan untuk para member saling berdiskusi, menunjukkan identitas komunitas, hingga menampilkan event-event yang sedang dijalankan komunitas.  

Komunitas dapat mempublikasikan event dalam listing event community, sehingga para kompasianer baru non komunitas tahu dan bisa ikut event yang muncul layaknya etalase.

Komunitas pun dapat melakukan sharing file/media. Komunitas bisa membuat indeks file yang bisa menjadi panduan ataupun berfungsi sebagai library komunitas. Media seperti foto dan video bisa digunakan untuk sharing dengan member lainnya.  

 Melalui content Collaboration For Community, kompasianer yang tergabung dalam sebuah grup akan menandakan dimana dan untuk siapa artikel tersebut ditayangkan. Kompasianer dan komunitas dapat memunculkan identitasnya sebagai bagian dari anggota komunitas.

Dalam Customize community page, komunitas yang tergabung bisa memodifikasi rumah virtualnya sehingga bisa memiliki daya tarik bagi pengunjung. Termasuk, menyesuaikan dengan profilisasi komunitas.

Komunitas juga dapat meletakkan banner untuk pengumuman event atau partnership. Komunitas pun bisa create thread, yakni membuat collaborative stories berdasarkan konten yang dibuat oleh member. Selain juga bisa membuat e-magz secara sistem yang memudahkan komunitas.

Suatu hal yang sangat menarik untuk perkembangan komunitas. Namun, Kompasiana membutuhkan insight dari komunitas dan seluruh pengguna kompasiana. Nah, untuk itu bisa meluangkan waktunya sebentar untuk mengisi form.

Narasi, Fakta, Terkurasi

Harian Kompas memperkenalkan project NFT (Narasi Fakta Terkurasi) untuk memberi kesempatan untuk memiliki arsip sejarah yang direkam. NFT hadir sebagai alternative posessivitas secara digital.Jadi, nggak perlu repot-repot lagi mengkliping kertas Koran seperti dulu.

Menurut H Taufany dari Kompas, NFT berupa olahan arsip, terbit berkala dengan tema tertentu, mempunyai nilai guna, dan punya nilai kembang (investasi) dalam rencana jangka panjang. Produk NFT Kompas ini bakal dirilis tanggal 28 Juni 2022  pada HUT ke-57 tahun Kompas.

Transaksi NFT  bisa di Marketplace NFT Open Sea dengan  menggunakan currency Etherium (ETH). Sebagai pemilik, dapat menjualnya kembali dengan royalti 10% untuk Harian Kompas. Untuk jelasnya bisa melihatnya di NFT Kompas. 

Sebuah Harapan untuk Kompasiana

Nilai lebih dari Kompasiana adalah adanya interaksi yang terjalin dengan para kompasianer lainya. Dari yang awalnya hanya menyapa di artikel berlanjut dalam kegiatan yang diadakan Kompasiana maupun komunitas-komunitas yang ada di Kompasiana.

Hal inilah yang harus selalu dijaga sebagai ruh dari Kompasiana. Filosofi 'nguwongke uwong' berperan besar agar kompasianer senior tetap betah dan kompasianer baru tak sungkan untuk bergabung bersama.Selain tentu saja, harus mampu mengikuti perkembangan di dunia digital dan tulis menulis.

Jakarta,dhu240622

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun