"Usiamu sudah 34 tahun, Ran. Masa kawin sama perjaka? Lihat, aku nikah dengan duda usia 40 tahunan yang sudah punya 3 orang anak. Aku bahagia dan tentram saja," cerita Zahrana pada Lina, mengenai ucapan salah seorang temannya Wati.
Zahrana pun semakin terhimpit ketika mengetahui ayahnya memiliki penyakit jantung. Perempuan ini ingin berumah tangga, tapi juga sukses. Kegelisahannya bertambah saat atasannya yang genit dan sudah berusia kepala 5 melamar. Zahrana yang menolak diperistri kemudian dipecat dengan tidak hormat. Diolok-olok sebagai perawan tua.Â
Pada akhirnya, di sebuah pesantren, Zahrana akhirnya pasrah minta dicarikan jodoh. Perempuan ini tak memperdulikan lagi status sosial dan status ekonomi. Seorang tukang kerupuk keliling tamatan SMA tapi soleh kemudian diperkenalkan padanya.
Pengorbanan Cinta Perempuan di Surga yang Tak Dirindukan
Surga yang Tak Dirindukan merupakan sebuah film religi yang diangkat dari novel karya Asma Nadia berjudul sama. Kisanya mengenai poligami dalam pernikahan.
Arini (Laudya Cynthia Bella), perempuan yang mempersembahkan hidupnya demi keluarga sangat percaya pada suaminya yang baik dan setia. Namun, cobaan untuk berpoligami datang saat hadirnya Meirose (Raline Shah) di tengah kehidupan cinta Arini dan Pras (Ferdi Nuril).
Keikhlasan luar biasa ditunjukkan oleh Arini, yang kemudian harus melepaskan dan justru mengukuhkan cinta Meirose dan Pras dalam berumah tangga untuk meraih Surga yang Tak Dirindukan.
Perempuan dan Sebuah Keputusan Hidup
Dalam menjalani dan membuat keputusan hidup, perempuan terkadang tak bisa mengabaikan sekelilingnya, terutama di Indonesia yang memegang sistem patriatki, yakni menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama.
Film-film religi asal Indonesia merekam kisah yang terjadi di masyarakat dan menuangkannya ke layar lebar. Meski tak semuanya sama persis karena disajikan berupa fiksi.Tak semuanya sukses menjadi box office seperti "Ayat-Ayat Cinta" ataupun "Surga yang Tak Dirindukan". Tal seluruhnya juga mendulang banyak penhargaan seperti "Perempuan Berkalung Sorban."
Terkadang muncul kontroversi dan dituding tak mencerminkan ajaran agama. Namun, Abidah El Khalieqy penulis novel Perempuan Berkalung Sorban misalnya, telah melakukan riset di sebuah pesantren, sebelum menuangkannya dalam tulisan.
Film religi seperti Perempuan Berkalung Sorban dan Cinta Suci Zahrana kerap dijadikan studi mengenai feminisme dan kesetaraan.