Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Perempuan, Kesetaraan, dan Cinta dalam Film Religi

16 April 2022   18:21 Diperbarui: 20 April 2022   12:52 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan Berkalung Sorban (Sumber gambar: Starvision Plus via Tribunnews.com)

"Karena kamu tuh perempuan. Nggak pantas."

Itulah salah satu contoh dialog. Sebagai wanita yang cerdas dan berani, Annisa ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Kedua kakak lelakinya bisa kuliah, bahkan hingga ke Mesir. 

Begitupun halnya dengan Khudori, lelaki yang terhitung masih saudara tak sedarah dari pihak ibu. Buku-buku yang tak senafas dengan pesantren pun tidak boleh dibaca atau dipelajari.

Meski menerima beasiswa kuliah ke Yogyakarta, Annisa harus melepaskannya. Dengan terpaksa, Annisa pun harus menikah dengan Samsudin (Reza Rahadian), anak seorang kyai pesantren besar yang mendukung pendanaan pesantren milik orang tua Annisa.

Perempuan cukup menjadi ibu,membesarkan anak-anak, dan melayani laki-laki. Sayangnya, dalam "Perempuann Berkalung Sorban", laki-laki yang dinikahi ternyata malah memberikan siksaan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), baik verbal maupun fisik.

Cinta Suci Zahrana (sumber gambar: tribunnews.com)
Cinta Suci Zahrana (sumber gambar: tribunnews.com)

Ujian Mencari Cinta Suci Zahrana 

Sebaliknya, meski sudah berpendidikan tinggi, perempuan tak pernah bisa lepas dari pilihan untuk mengejar karier atau harus berumah tangga. Salah satu film religi yang mewakilinya dirilis awal 2012, berjudul "Cinta Suci Zahrana" yang diangkat dari novel karya Habiburrahman El-Shirazi (Kang Abik).

Film yang disutradarai Chaerul Umam ini mengisahkan Dewi Zahrana (Meyda Sefira), perempuan cerdas dan berhasil menyelesaikan kuliah S1 dan S2 dari universitas negeri bergengsi di Indonesia. 

Perempuan yang kemudian berprofesi sebagai dosen arsitektur ini memperoleh penghargaan di luar negeri dan sempat ditawari untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S-3 tapi tak jadi diambilnya karena pertimbangan orangtua.

Berasal dari keluarga biasa, ayahnya mengharapkan Zahrana segera berumah tangga daripada mengejar pendidikan dan karier. "Semakin kamu terkenal, semakin banyak mendapatkan penghargaan, malah semakin bikin malu. Lebih banyak orang yang bertanya, Kapan pak Munajat punya menantu? Kenapa Zahrana belum juga menikah? Sampai di musola, di masjid orang bertanya. Sampai ketemu orang di pasar, itu juga yang ditanya. Bapak harus jawab apa, nduk?"

Itu salah satu percakapan Zahrana dengan Munajat, ayahnya. Menjadi perempuan berprestasi dan berpendidikan tinggi tapi belum menikah juga menjadi olok-olokan dan terkesan perempuan harus menerima saja siapapun yang datang melamar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun