Penjual daging  sapi di pasar tidak ada yang berjualan . Los daging sapi benar-benar kosong. Tidak ada daging sapi yang biasa diletakkan di atas lapak marmer  atau digantung dalam kaitan. Tidak terlihat penjual yang  segera menyeset daging sapi sesuai dengan permintaan dari pembeli.
"Nggak ada yang jual daging sapi. Losnya kosong semua," kata kakak usai pulang dari Pasar Slipi. Senin 28 Febaruari 2022.
Informasi dari pedagang sayur di sekitar los daging, para penjual daging memang tidak berjualan karena berencana mogok. Harga daging yang melambung tinggi merupakan pemicunya. Menjelang bulan puasa, yang kemungkinan jatuh pada bulan April 2022, harga daging sapi bisa jadi akan naik lebih Â
Kabar mengenai penjual daging sapi akan mogok sebenarnya sudah pernah disampaikan oleh penjual sayur keliling di perumahan ketika penjual tahu tempe mogok sepekan sebelumnya, tanggal 21 Februari 2022. Ketika itu saya menanggapinya hanya tertawa. "Wah gantian, ya? Benarkah mogok jualan?
Pedagang sayur keliling langganan ini cukup komplit menyediakan berbagai menu di gerobak yang didorongnya di perumahan.Â
Ada daging sapi, daging ayam, ikan, tahu dan tempe, bahkan hingga ikan asin. Karenanya, informasi akan ada kenaikan harga ataupun mogok tersampaikan saat sedang berbelanja untuk kebutuhan masak sehari-hari.Â
"Iya, beneran. Habis yang jual tahu tempe mogok, Â nanti penjual daging yang mogok," katanya pekan lalu.
Baca juga: Tempe dan Tahu Tak Hanya Sekali Menghilang, Kenapa Harus Terulang?
Harga daging sapi terakhir di pasar adalah Rp.140.000 per kilogram. Mogoknya penjual daging sapi berjualan mungkin saja tak seheboh saat ketika tahu tempe lenyap di pasaran.Â
Maklum, harga tahu tempe lebih bersahabat di kantong. Kalaupun ingin menu yang lebih enak, pilihan jatuh pada daging ayam yang hanya sekitar Rp.40.000-Rp.45.000 per kilogram. Untuk seekor ikan nila seharga Rp.6000 Â dan seekor ikan bandeng Rp.12.000.
Pemberitaan mengenai rencana penjual daging sapi yang mogok  terkait dengan melonjaknya harga daging sapi di tingkat distributor.Â
Seperti halnya yang dialami para penjual tahu tenpe sebelumnya, mereka juga bingung untuk menentukan harga daging sapi per kilogram kepada pembeli/konsumen. Â Kenaikan hargiaya operasional di rumah pemotongan hewan (RPH) dan biaya operasional lainnya.Â
Sebelumnya, pemotong dan pedagang daging sapi di bawah naungan  jaringan Pemotong dan Pedagang Daging Indonesia (Jappdi) memang berniat mogok jualan selama beberapa hari. Lonjakan  harga daging sapi per kilogram itu membuat omzet para pedaging sapi anjlok. Harga daging per kilogram mencapai Rp.160.000.
 Namun berdasarkan pemberitaan kemarin, Ketua Pengurus Wilayah Jaringan Pemotong dan Pedagang Daging Sapi Indonesia (JAPPDI) Asnawi sempat mengatakan batal mogok jualan.Â
Alasannya pemerintah menjamin ketersediaan pasokan daging sapi selama lebaran. Pasokan daging sapi yang didatangkan dari provinsi-provinsi binaan Kementerian Pertanian diharapkan mampu menahan harga sapi dalam kisaran harga Rp.140.00 hingga Rp.150.000.
Kenyataannya, penjual daging sapi di pasar  yang dikunjungi hari ini tidak ada. Mungkinkah di tempat lain tetap lancar berjualan? Ataukah karena kebetulan hari ini merupakan hari libur besar?Â
Jelang Puasa dan Lebaran, Daging Sapi (Biasanya) Naik
Apapun penyebabnya, setiap bulan puasa dan lebaran, kenaikan daging seakan terdengar hal yang biasa setiap tahun. Pembelian daging selama umumnya memang melonjak. Selama ini ketersediaan daging sapi di Indonesia juga diimpor dari Australia dan Brazil.Kenaikan harga daging sapi selama ini seakan suatu hal yang tidak bisa ditawar.
Namun demikian, berbeda dengan saat  tahu tempe lenyap di pasaran selama tiga hari mulai 21 Februari , kosongnya los daging sapi tidak begitu terasa untuk orang rumah. Â
Sebab, untuk menu sehari-hari memang tidak terlalu rutin  mengonsumsi daging sapi. Lebih banyak hanya sebagai pencampur rasa sayuran untuk menambah minat makan.Â
Biasanya daging sapi di rumah lebih banyak disajikan dalam bentuk rendang, semur, dan dimasak santan. Saat bulan puasa tiba, barulah konsumsi daging sapi ditingkatkan di rumah.Â
Alasannya sederhana karena untuk menambah stamina dan gizi yang cukup saat berpuasa. Selain itu untuk penggugah selera di saat makan sahur.Â
Konsumsi Daging Sapi Bulan Puasa dan Lebaran Meningkat
Pembelian daging sapi untuk perayaan Idul Fitri biasanya meningkat beberapa kali lipat. Sekali belanja, biasanya minimal ibu membeli 5 kilogram untuk Idul Fitri. Selain untuk dikonsumsi sendiri, saat lebaran menu daging sapi yang merupakan pelengkap ketupat juga disajikan untuk para tamu.Â
Pagi ini, daging sapi tidak jadi terbeli. Namun untunglah, masih ada daging ayam komplit dengah  hati dan rempela.  Penjual tahu tempe pun sudah berjualan dengan normal.Â
Ah semoga saja, nanti puasa dan lebaran, harga daging sapi masih bisa dikendalikan dan tidak melonjak. Â Biar aku dan masyarakat umum lainnya bisa menikmati lebih banyak daging sapi saat mennjalankan ibadah yang hanya setahun sekali itu.Â
Jika masih mahal, kemungkinan mengonsumsi daging beku di supermarket bisa jadi pilihan.
*****
Jakarta,dhu280222
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H