Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Percaya Deh, Seragam Itu Bisa Bikin Keren dan Bangga Tergenggam

4 Februari 2022   16:59 Diperbarui: 6 Februari 2022   07:57 2390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
seragam baru satpam (Foto: tribunnews.com/Igman Ibrahim)

Banyak yang bilang kalau menggunakan seragam kerja terlihat keren dan berbeda. Orang lebih mengenali dan memberi respek. Selain itu, seragam juga menimbulkan rasa bangga. Benarkah?

Suatu hari seorang keponakan yang baru pulang dari sebuah pusat perbelanjaan pernah bercerita."Tadi ada banyak polisi. Ada di mana-mana. Dari tempat parkir sampai dalam gedung yang atas."

Mendengar itu, ibunya langsung meralat ucapan anaknya yang masih bocah sekolah dasar. Bukan polisi, tapi tenaga satuan pengamanan (satpam). Semula memang sempat diduganya, polisi. Namun, biasanya terjadi suatu peristiwa kalau ada polisi dimana-mana. Saat itu semua baik-baik saja.

Setelah bertanya dan memperhatikan, ternyata yang ada di pusat perbelanjaan itu adalah satpam. Bukanlah anggota polri yang sedang bertugas. "Bajunya sepintas mirip sih," ucap kakak.

Ehem, jujur saya pun sempat merasa seragam satpam ketika itu memang mirip polisi saat ke sebuah plaza dekat rumah. Karenanya, penggantian seragam satpam yang dilakukan tepat.

Biar orang awam, yang salah satunya saya nggak bingung. Ya walaupun sebenarnya seragam satpam cokelat muda itu tergolong baru pada tahun 2020. Seragam sebelumnya berwarna putih dan biru.

Menurut pemberitaan mengenai seragam satpam, warna seragam satpam baru kembali berubah, yakni dari celana cokelat tua dan baju cokelat muda menjadi celana berwarna cokelat tua dan baju berwarna krem. Seragam baru satpam ini diperkenalkan dalam pelaksanaan upacara HUT ke-41 satpam tahun 2022 di Lapangan Bhayangkara Mabes Polri Jakarta,

Kebingungan masyarakat karena seragam satpam mirip dengan seragam polisi menjadi alasan penggantian warna seragam itu, menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadhan.

Seragam satpam yang mirip seragam polisi (Foto: Kompas.com/Ira Gita)
Seragam satpam yang mirip seragam polisi (Foto: Kompas.com/Ira Gita)

Seragam sebagai Sebuah Identitas

Penggunaan seragam membuat orang mudah mengenali asal instansi pemakainya. Saat melihat pekerja berseragam cokelat langsung teringat polilsi. Saat melihat petugas berseragam hijau segera bilang tentara, Saat menyebut seragam putih langsung terbayang tenaga medis.

Dalam bidang pekerjaan, warna seragam sangat lekat menjadi ciri. Mulai dari petugas layanan kebersihan (cleaning service), pekerja pom bensin, petugas parkir kendaraan, pegawai pemerintah, pegawai swasta, sampai petinggi suatu instansi biasanya punya seragam. Si A dari instansi B atau si B dari instansi C.

"Kesana aja, nanti ada petugas berseragam yang membantu." Itu salah satu jawaban yang saya terima saat mengurus sesuatu di sebuah instansi. Dengan patokan itu, langsung mencari petugas berseragam yang dimaksud.

Termasuk saat sedang berada dalam mal, petugas satpam terkadang menjadi tempat bertanya suatu hal. Saat tiba di sebuah bank, biasanya ada petugas berseragam yang membukakan pintu dan bertanya tujuan sampai membantu untuk mengambil nomor antrian.

Kenapa mereka dikenali? Ya tentu saja dari seragamnya. Kepercayaan timbul karena orang berseragam itu adalah petugas resmi dan berasal dari sebuah instansi. Jadi, mempermudah seseorang bila membutuhkan suatu hal, mulai dari bertanya hingga bekerja sama.

Seragam adalah identitas. Pada seragam terdapat ciri-ciri dan jati diri yang melekat sehingga dengan mudah orang lain mengenalinya. Baik melalui warna maupun bentuk seragam yang digunakan.

"Ada orang kelurahan sudah datang," kata salah seorang tetangga saat pemilihan RT dan RW. Kok tahu? Dari seragamnya!

Tentara berseragam (Dokumentasi Windhu)
Tentara berseragam (Dokumentasi Windhu)

Semua suka pakai seragam?

Pekerjaan dengan baju seragam tenyata banyak. Rata-rata hampir semua instansi punya seragam. Kalaupun tidak dipakai untuk sehari-hari biasanya seragam digunakan pada hari tertentu. Misalnya, seragam Kopri yang digunakan pada hari tertentu dan seragam PGRI yang digunakan para guru.

Memang ada juga pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa menggunakan seragam jika sedang melakukan tugas. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan yang harus dilakoni justru tidak tepat bisa bila berseragam.

Tidak ada batasan mengenai seragam suatu institusi. Selain institusi pemerintah, pihak swasta pun diperkenankan membuat seragam. Warna, corak, dan bentuk seragam tergantung visi sebuah perusahaan.

Saat berada di sebuah rumah makan yang agak besar atau restoran, seorang pembeli dilayani oleh para pramusaji yang berseragam. Perhatikan deh, setiap restoran punya seragam pegawai yang berbeda. Banyak yang unik dan menarik sehingga orang yang melihatnya pun senang. Warnanya pun beragam.

Seragam dapat menimbulkan kebanggaan. Rasa itu muncul karena tidak semua orang bisa memilikinya. Ada rasa puas karena menggunakannya. Betul, kan? Tidak semua orang bisa bekerja di instansi tertentu yang punya seragam tertentu. Kebayang bangganya kalau bisa jadi atlit yang bisa menggunakan seragam timnas, eh!

Lalu, apakah semua orang suka pakai seragam? Banyak yang suka, lho! Kalaupun tidak merasa cocok, pilih saja pekerjaan yang tidak berseragam. Bisa lebih bebas. Soalnya jika berseragam ada konsekuensi yang harus dipenuhi.

Pegawai rumah makan berseragam. (Dokumentasi Windhu)
Pegawai rumah makan berseragam. (Dokumentasi Windhu)

Seragam dan Menjaga Kehormatan

Menjadi pekerja berseragam itu ada enak dan ada tidak enaknya. Enaknya, menggunakan seragam selain menjadi ciri khas dari suatu instansi, juga membuat tampak berbeda. Banyak yang terlihat lebih keren.

Seseorang seringkali tampak lebih gagah, lebih cakep, dan lebih berwibawa saat berseragam. Kaum perempuan banyak yang senang plus terpesona dengan pemuda seperti tentara, polisi dan pilot yang terlihat lebih menawan saat berseragam. Ehem!

Ada juga yang bercita-cita menjadi sesuatu karena mengimpikan bekerja dengan seragam tertentu! Selain terlihat keren, seragam membuat orang yang menggunakannya terlihat rapi dan menarik.

Namun, menggunakan seragam ada juga tidak enaknya. Pekerja berseragam harus menunjukkan kualitas, kredibilitas, dan profesionalitas. Tentu saja, pekerja tidak berseragam pun harus memiliki hal ini. Namun, jika berseragam orang akan lebih mudah mengenali sampai menuding.

Kenapa? Ya tentu saja karena ciri yang melekat pada sebuah seragam. Saat melakukan kesalahan atau melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan seseorang, dengan segera orang bisa menyebarkannya. Oh itu perbuatan orang yang berseragam A, itu kelakuan orang berseragam B, dan seterusnya.

Jadi, menjaga pekerja berseragam itu harus bisa menjaga kehormatannya. Harus bisa menjadi wakil instansi tempatnya bekerja melalui sikap, tindakan dan tutur kata. Selalu melakukan yang terbaik saat melayani klien ataupun masyarakat. Jangan sampai berbuat buruk karena bisa berimbas pada instansinya.

Hal ini berlaku mulai dari pekerja berseragam level bawah hingga pekerja berseragam yang sudah menjadi pejabat. Mata orang akan lebih mengawasi. Seorang pengemudi ojek online saja harus mampu memberikan layanan yang baik pada penumpangnya kalau nggak mau dikasih rating rendah!

Meski begitu, punya seragam tetap banyak diinginkan orang. Warna warni seragam makanya dipakai tidak hanya oleh pekerja. Anak sekolah dari tingkat TK pun berseragam.

Selain kelompok ibu-ibu pengajian dan persatuan istri, suatu ormas dan Parpol juga menyukainya. Hayo, siapa yang nggak tahu warna merah, kuning, hijau, dan biru identik dengan parpol apa? Lha kok kesitu? Haha.

Intinya sih, percaya deh seragam kerja itu bisa bikin keren dan bangga tergenggam!

***

Jakarta,040222dhu

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun