Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Aum!" Pengingat Perjuangan Reformasi Belum Selesai!

19 Oktober 2021   08:25 Diperbarui: 27 Oktober 2021   13:47 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satriya dan Adam dalam Aum! (tangkaplayar youtube bioskoponline.com)

Jelang reformasi 1998, aksi unjuk rasa dari para aktivis dan mahasiswa dari berbagai kampus berlangsung di berbagai tempat. Kerusuhan, perampokan, penjarahan, pembakaran bangunan, pemerkosaan dan orang hilang menjadi tragedi yang tak akan pernah terlupa. Rumah-rumah dikunci rapat. Sunyi dan ketakutan menebar. 

Peristiwa aksi mahasiswa, terutama yang berlangsung di Trisakti  memakan korban. Hal ini tak dipungkiri menjadi pemicu lahirnya reformasi setelah berujung pada pendudukan gedung MPR/DPR. Lalu, memaksa Presiden RI ke-2 Soeharto mundur dari jabatannya.Catatan sejarah  yang kemudian mengakhiri masa orde baru selama tiga puluh dua tahun.    

Ketika itu, suasana tak terkendali. Banyak perusahaan bangkrut, orang kehilangan pekerjaan, harga-harga melambung tinggi di pasaran. Perekonomian goyah karena nilai tukar uang negara yang merosot jauh. Krisis moneter menimbulkan kerusuhan sosial. Pelanggaran HAM dan penculikan aktivis  menjadi topik pembicaraan dan pemberitaan.

Bersuara Untuk Reformasi

Ingatan itulah yang terbayang saat menonton Aum! di bioskoponline.com. Film fiktif ini mengangkat kisah sekelompok anak muda yang berjuang agar reformasi dapat terjadi.  Meski dibayangi oleh ketakutan dan ancaman penangkapan, aksi tetap dilakukan. Mereka membuat film yang diyakini menjadi sarana menyampaikan tujuan pentingnya reformasi.  

Aum! film berlatar reformasi 1998 (bioskoponline.com)
Aum! film berlatar reformasi 1998 (bioskoponline.com)

Yups, sekelompok pemuda itu membuat film untuk menyuarakan pendapat mengenai reformasi.  Mereka mengambil syuting di berbagai tempat, salah satunya di depan kandang macan untuk mendapatkan suara Aum. Suara menggelegar  yang menyimbolkan kebebasan bersuara tidak dapat dibungkam. 

Aum! dibuka dengan adegan Satriya (Jefri Nichols) dalam pembuatan film. Pemuda ini berlari sekuat tenaga untuk menghindari penangkapan yang dilakukan pihak militer. Satriya bersama teman-temannya adalah aktivis  yang berani memperjuangkan kondisi masyarakat yang tertindas oleh kekuasaan. 

Ketika itu tidak ada kebebasan berpendapat. Satriya dibantu  Adam (Aksara Dena), seorang militer yang harus disersi karena mendukung perjuangan reformasi adiknya. Mereka harus melarikan diri untuk menghindari  penangkapan saat para aktivis sedang berkumpul. 

Satriya dan Adam dalam Aum! (tangkaplayar youtube bioskoponline.com)
Satriya dan Adam dalam Aum! (tangkaplayar youtube bioskoponline.com)

Perbedaan dan Kebebasan Berpendapat 

Itu adalah adegan Satriya dan Adam dalam film untuk reformasi. Sayangnya, meski Satriya dan Adam berperan apik dalam film, tidak demikian halnya menurut Panca Kusuma Negara (Chicco Jerikho).

Terlihat idealis, Panca sebagai sutradara berupaya membuat film sempurna versinya tanpa diintervensi oleh siapapun. Termasuk oleh produser Linda Salim (Agnes Natasya Tjie).

Panca kerap memprotes adegan-adegan yang menurutnya tidak cocok dalam film. Sempat juga menanyakan, yakin mau buat film ini?  Linda yang pemberani, bersikukuh jika  film dengan tujuan  untuk membuat orang percaya kalau reformasi itu penting. Walau begitu, harus dilakukan secara  rahasia supaya tidak ketahuan oleh pihak kampus. 

Berbahaya, jika ketahuan pihak militer. Sejumlah aktivis sudah hilang. Singkat cerita, pembuatan film yang didokumentasikan juga oleh seorang wartawan Amerika tetap dilakukan. Meski, akhirnya terjadi perselisihan antara sutradara dan produser mengenai makna kebebasan bersuara dan reformasi. 

Sebuah Pengingat Reformasi Belum Usai

Aum! yang berdurasi sekitar 1 jam 25 menit ini memang tak biasa.  Film panjang perdana sutradara  Bambang Ipoenk  KM ini yang berlatar reformasi 1998 ini, bukanlah film yang menyuguhkan gambar-gambar mengenai kerusuhan, unjuk rasa mahasiswa/aktivis.

Awalnya, malah agak membingungkan karena seakan nonton film dokumenter, yang dibagi dalam dua babak. Sederhana. Namun, pesan perjuangan aktivis menjelang reformasi sudah tertangkap dalam film ini.

 Film jelas mengangkat tentang apa yang dilakukan para aktivis agar terjadi reformasi. Salah satunya, dengan membuat film.

Kolaborasi Jefri Nichol dan Chicco Jeriko tampak apik meski baru pertama kali. Begitupun halnya dengan Agnes Natasya Tjie dan Aksara Dena.  Aum! mampu menggambarkan jika sebelum reformasi, kebebasan untuk berpendapat, kebebasan bersuara  sangat sulit didapatkan. Penculikan atau ditangkap menjadi taruhannya. 

Cobalah dibandingkan dengan kondisi setelah reformasi seperti sekarang ini. Semua lebih bisa bebas berkarya, beraktivitas, dan berpendapat. Buat generasi yang mengalaminya langsung pasti merasakannya. Sementara generasi yang saat peristiwa jelang reformasi belum ada atau belum dilahirkan, bisa mendapatkan catatan mengenai perjuangan untuk memperoleh kebebasan dalam berkarya.

Menonton Aum! seakan menjadi pengingat jika meski sudah berlangsung selama 23 tahun, reformasi yang berhasil digulirkan salah satunya  dengan aksi para aktivis, belumlah selesai. Lihatlah kondisi saat ini, benarkah reformasi berjalan sesuai yang dicita-citakan? Benarkah demokrasi sekarang seperti yang diharapkan? 

Selagi memikirkan jawabannya, jadi teringat juga yel-yel yang selalu ada di setiap aksi unjuk rasa aktivis, seperti yang ada di film Aum! 

Tanah air siapa?

Mari kita bersuara reformasi ditegakkan!

Jadi, jika ada waktu, tak ada salahnya menonton film fiktif Aum yang masih bisa ditonton online via aplikasi! Sebuah kejutan tak terduga, ada di akhir kisahnya! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun