Air menetes dari helai rambut yang menyentuh dahi. Kaos biru yang dikenakan sudah basah sejak tadi. Rama menghela napas.Â
Arrgh, kurang ajar, Â apa maksudnya dia mengatakan itu? Aku perlu bersuci? Memangnya dia tidak?Â
Brakkk!!! Dihempaskannya tinju ke meja. Suasana hatinya sedang tak nyaman. Omongan Pasha membuat rasa kesalnya bertambah tinggi.Â
"Darimana, Ram? Pergi tak tentu arah lagi?" pertanyaan Pasha terasa  menyudutkan.Â
"Bukan urusanmu,"
"Kau pergi seharian. Haha, sibuk mencari Laila? "
Rama mendengus. Bisa-bisanya mengajar bertengkar. Rasa kecewa mulai menebal di hatinya.Â
Seharusnya dia, Pasha, kawan yang mengaku sangat dekat dengannya layaknya saudara memahaminya.Â
"Aku mengenalmu lama, kawan. Aku sarankan sudahi cara-cara mencari Laila yang tidak benar. Dia akan semakin jauh darimu." Â
Tangan Pasha menepuk-nepuk pundaknya. Sebelum kemudian, lelaki itu secepat kilat menarik kembali tangannya.Â
"Apa ini? Bau sekali kau ini, kawan. Kenapa bajumu basah begitu? Memuakkan sekali baunya, " Pasha mundur beberapa langkah menjauhi Rama.Â