Keberadaan masjid bukanlah hanya sebuah bangunan tempat umat muslim beribadah.  Masjid memiliki peran yang sangat penting untuk syiar agama dengan dakwah yang menyejukkan.hati.  Maka, mengunjungi  masjid melalui wisata religi dapat mempertebal rasa iman betapa mengagumkannya sebuah rumah Allah. Keunikan yang dimiliki dapat menjadikanya sebagai masjid  favorit. Seperti halnya, Masjid Babah Alun.Â
Semilir angin berhembus menyejukkan terasa menyentuh  kulit saat langkah kaki tiba di sebuah bangunan unik dengan dominasi warna hijau dan merah. Bangunan yang tak seperti biasanya.
Bangunan  masjid itu berada di kolong tol Wiyoto Wiyono,  Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Memandang ke atas,  seakan-akan atapnya ada dua, dari bangunan masjid dan dari jalan tol di atasnya.Â
Beberapa orang lelaki tampak terkantuk-kantuk di pelataran masjid. Seorang marbot terlihat baru saja mengepel lantai. Beberapa anak kecil tampak asyik bermain bola.Â
Namun, inilah yang tidak biasa dari sebuah masjid pada umumnya. Masjid Babah Alun  berdiri bukanlah di sebuah tanah pekarangan yang luas seperti pada umumnya.Â
"Kita salat Ashar disini," kata Titis. Sore itu, kami datang ke Masjid Babah Alun Papanggo bertiga, saya, Titis dan Siti. Kami  tidak bertempat tinggal di sekitar wilayah itu. Â
Mengunjungi sebuah masjid yang unik, kami jadikan sebuah wisata religi. Menuntaskan rasa keingintahuan dari tayangan dan beredarnya tulisan mengenai masjid ini di media massa.Â
Perpaduan Tiga Budaya
Bangunan masjid Babah Alun yang mulai diresmikan pada tahun 2018 memang sangat berbeda. Ada tiga perpaduan budaya yang terpancar di masjid itu, yakni Islam, Tionghoa dan Indonesia.Â
Ketiganya menyatu. Melihat dari tampak depanya saja sudah menarik dari segi bangunan, genteng, atap, bahkan dari bentuk pintunya yang tidak akan ditemui pada masjid umum lainnya. Â Tulisan di atas pintu masuknya juga menegaskannya.Â
Terkesan mirip sebuah kelenteng, Masjid Babah Alun Papanggo tampak menarik dengan ciri khasnya yang tidak memiliki kubah. Â Namun, hal itu tak mengurangi nuansa religius yang disandang sebagai sebuah masjid.Â
Struktur bangunan masjid  berbentuk segi delapan. Segi delapan merupakan salah satu simbol yang identik dengan kemenangan umat Islam dalam sejarah Umar bin Khatab menaklukan Kota Palestina. Dalam Bahasa Tionghoa, simbol segi delapan juga mempunyai makna kemenangan.
Jika sedang berkunjung ke Babah Alun, orang-orang  Tionghoa bisa memahami makna kaligrafi yang terpampang di dinding masjid karena disampaikan dalam bahasa yang dimengertinya.
Kami mengambil  air wudhu sebelum salat. Disini, cara mengambil air wudhu ditampilkan dengan gambar dan keterangan menggunakan aksara Mandarin di bawahnya.  Arggh, air yang membasuh wajah, hidung, telinga, tangan dan kaki memberikan kesegaran pada kulit yang sejak pagi terkena terik matahari.Â
Sungguh menentramkan hati. Masjid yang memiliki luas 1.500 meter ini, seperti ummnya dibagi sekat antara jemaah laki-laki dan perempuan.Â
Masjid Babah Alun Papanggo dibangun dari hasil wakaf Muhammad Yusuf Hamka, anak angkat dari ulama Profesor Buya Hamka. Babah dalam Bahasa Betawi sebutan untuk Bapak. Â Nama Alun berasal dari nama Tionghoa Jusuf Hamka, yakni Josef Alun.
Pada tahun 2020, diresmikan masjid ketiga Masjid Babah Alun Desari yang terletak  di pinggir tol Depok Antasari, (Desari), Kota Jakarta Selatan. Sebelumnya, sudah ada  mushola Alun di Ancol dan Masjid Babah Alun Papanggo. Belum termasuk yang perah dibangu Yusuf di Kalimantan, dekat tempat usahanya. Â
***
Hari mulai beranjak sore. Usai salat Ashar, kami pun bergegas untuk pulang. Lantaran bentuk bangunannya yang unik, sebelum meninggalkan masjid Babah Alun, kami sempatkan berfoto-foto sebagai jejak kenangan.Â
Sebagai tanda syukur jika kami diberi kesempatan belajar mengenali sebuah rumah Allah yang berbeda dan menyiratkan makna, serta menebar positif ke lingkungan sekitarnya.Â
Jadi, tak salah kan bila menyebut Masjid Babah Alun sebagai salah satu masjid favorit untuk wisata religi? Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H