Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tabuhan Bedug dan Antaran Khas Ramadan yang Selalu Dirindukan

16 April 2021   21:46 Diperbarui: 16 April 2021   21:49 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurma, salah satu makanan khas Ramadan yang juga sering jadi bagian antaran. (dok.windhu)

Sahur... sahur...  Tabuhan bedug saat ramadan kini jarang atau bahkan tidak terdengar lagi. Padahal dulu, masyarakat Jakarta selalu memukul bedug sebagai tradisi menyambut datangnya bulan suci.

Selain digunakan untuk membangunkan umat muslim untuk makan sahur sebelum menjalankan ibadah puasa, bedug digunakan sebagai pertanda waktu untuk berbuka puasa.  

Saat berkeliling, tabuhan pun menyemarakkan suasana ramadan. Termasuk puncaknya pada malam takbiran Idul Fitri.  Semarak dan memberikan kehangatan saat melihatnya.

Seiring perkembangan zaman, sebelum pandemi, para pemuda dan remaja masih terdengar membangunkan orang yang akan sahur meski dengan menggunakan toa alias pengeras suara. 

Mereka juga membawa tabuhan meski memanfaatkan tabung galon bekas ukuran besar.

Saat pandemi datang yang diikuti dengan melarang diadakannya pawai keliling, tabuhan saat sahur dan berbuka puasa, tradisi ini dipastikan tak ada. 

Lagipula, tradisi berkeliling membangunkan sahur dengan tetabuhan juga sudah berkurang karena dianggap membuat bising di malam hari. 

Tunggu, sempat sekali kudengar di awal ramadan tahun 2021 ini, suara keras menggunakan toa membangunkan sahur. 

Lalu ada tabuhan terdengar sebentar. Tidur pun tergugah untuk segera menyantap sahur sebelum imsak datang.

Tradisi tabuhan bedug  untuk membangunkan sahur saat ini bisa jadi, tak lagi cocok dengan kemajuan masa kini. 

Saat ini untuk pengingat  waktu sahur, bisa ditandai dari bunyi alarm jam ataupun ponsel pintar yang sudah disetel sebelumnya. Lebih praktis dan bisa diletakkan di tempat terjangkau sebelum terlelap tidur.

Kurma, salah satu makanan khas Ramadan yang juga sering jadi bagian antaran. (dok.windhu)
Kurma, salah satu makanan khas Ramadan yang juga sering jadi bagian antaran. (dok.windhu)

Antaran Makanan

Saling mengantar makanan juga merupakan tradisi yang erat dalam masyarakat terkait ramadan.

 Dalam buku Kuliner Betawi Selaksa Raksa dan Cerita dari Akademi Kuliner disebutkan, masyarakat Betawi di Jakarta  memiliki kebiasaan membagi-bagikan makanan kepada anggota keluarga yang lebih tua. 

Tradisi yang memiliki makna saling mengingatkan bahwa bulan suci akan segera datang, selain pengikat tali silahturahmi kepada sanak keluarga. 

Bingkisan yang dibagikan biasanya penganan mentah ataupun penganan khas dalam kondisi matang.  

Buat warga Jakarta selain Betawi, tradisi berbagi sebelum ramadan juga dilakukan.

 Tradisi mengantarkan makanan ke rumah tetangga ini tak membedakan suku dan agama sehingga menumbuhkan silahturahmi, toleransi dan rasa persaudaraan.

Makanan matang yang dibagikan adalah menu yang dimasak hari itu. Untuk saat ini, saling berbagi makanan matang ini sudah jarang. 

Dulu, ibu sampai hapal rumah siapa saja yang masakannya sedap karena saling mengantarkan makanan. Ada hidangan berbeda selain yang dimasak sendiri di rumah. 

Saat ini, tradisi antaran jelang dan awal ramadan masih ada. Namun, lebih banyak  berupa pembagian sembako kepada tetangga yang dianggap lebih membutuhkan. Isi bingkisannya antara lain  minyak goreng, mie, kecap dan tepung terigu. 

Makan buma bersama teman -teman adalah salah satu khas Ramadan (dok.windhu)
Makan buma bersama teman -teman adalah salah satu khas Ramadan (dok.windhu)

Kerinduan Lain Pada Khas Ramadan 

Ramadan saat pandemi tahun ini, yang berarti untuk kedua kalinya, juga membuat kerinduan lain. Terutama pada kebiasaan yang umumnya terjadi sebelum pandemi.

Ramadan tak pernah lepas dari silahturahmi. Sudah dua ramadan, tidak ada jabat tangan dan bermaafan secara langsung pada awal ramadan.

 Apalagi cipika cipiki usai salat berjamaah. Saat ini semua masih harus menjaga jarak dan menggunakan masker agar terhindar virus corona. 

Rindu rasanya pada :

1. Pelaksanan salat berjamaah,salat tarawih dan witir di masjid secara normal

Saat ini meskipun sudah diperbolehkan Kementerian Agama memperbolehkan salat di masjid, setiap jamaah harus jaga jarak satu meter, menggunakan masker, cuci tangan dan menyiapkan selalu hand sanitizer. Sehabis salat tarawih tidak ada lagi salam-salaman seperti dulu. 

2. Buka puasa bersama dalam jumlah banyak

Saat ini buka puasa bersama diperbolehkan dengan ketentuan tidak menciptakan kerumuman dan kapasitas maksimalnya hanya 50 persen dari ruangan untuk berbuka puasa. Rindunya tertawa bersama dengan teman-teman yang sudah lama tidak berjumpa.

3.  Tadarus dan Iktikaf bersama

Sebelum pandemi, berjanjian di sebuah masjid, bersama teman-teman mengikuti kajian, tadarus dan menghabiskan malam di masjid (iktikaf) merupakan pengalaman yang indah. 

Tak hanya bersama teman, banyak keluarga yang melakukannya bersama-sama. Kenangan kebersamaan ini masih melekat erat.

***

Kerinduan pada hal yang menjadi kekhasan ramadan selalu menyembul. Kenangan membawa pada masa-masa ramadan yang pernah dilalui tahun sebelumnya. 

Sesekali rela ngabuburit, mampir ke suatu lokasi jajanan sebentar untuk  mendapatkan makanan yang hanya  muncul saat ramadan.

Saat ini, meskipun lokasi penjualan takjil alias makanan berbuka sudah diizinkan, segala sesuatunya harus lebih memastikan suatu lokasi benar-benar dalam keadaan bersih dan kesehatan lebih terjaga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun